Judul: Sea Prayer | Pengarang: Khaled Hosseini | Penerbit: Qanita | Edisi: Bahasa Indonesia, Cetakan I, Bandung, November 2018 | Jumlah halaman: 48 halaman, 24 cm | Beli di: HobbyBuku Shop | Harga: Rp58.650,- | Rating saya: 4 dari 5 bintang
Blurb:
Sayangku Marwan, kupandang lekuk wajahmu
di bawah sinar bulan yang nyaris penuh,
Anakku, bulu matamu bagaikan kaligrafi,
tertutup dalam tidur yang nyenyak.
Dan kukatakan kepadamu, "Genggam erat tanganku.
Tidak akan ada hal buruk yang terjadi."
My Thought:
Dan kukatakan kepadamu, "Genggam erat tanganku. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi."
Hiks, saya hampir mewek saat sampai membaca di halaman yang memuat kutipan di atas. Itu adalah kata-kata yang diucapkan oleh seorang ayah kepada anaknya, persis saat mereka berada di pinggir pantai, menunggu perahu yang akan membawa mereka mengarungi laut untuk mengungsi dari perang.
Saya juga jadi semakin sedih setelah membaca bagian yang menceritakan latar belakang ditulisnya buku ini. Tahu kan? Latar belakang ditulisnya buku ini adalah karena anak kecil bernama Alan Kurdi.
Alan Kurdi dan keluarganya serta ribuan orang lainnya harus meninggalkan rumah mereka karena perang. Mereka harus mengarungi lautan untuk mencari suaka baru di Eropa. Malangnya, ribuan pengungsi ini hilang di lautan. Dan jenazah anak kecil berumur 3 tahun itu terdampar di pantai.
Duh terbayang kan bagaimana emosionalnya buku ini. Buku-buku Khaled Hosseini memang selalu bisa membuat saya menitikkan air mata. Bahkan untuk buku setipis ini. Soalnya ceritanya semuanya tentang perang.
Saya juga jadi merasa tidak berdaya soal perang ini. Saya hanya bisa berdoa semoga para pencetus perang itu dilembutkan hatinya dan dinormalkan pikirannya agar tidak kepingin perang lagi.
Dan ngomong-ngomong soal tipis, saya tidak tahu sama sekali kalau Sea Prayer setipis ini. Saya kira, bukunya cukup tebal seperti buku-buku Khaled Hosseini sebelumnya.
Ngomong-ngomong lagi, cover bukunya cakep. Ilustrasinya juga. Walaupun sepenglihatan saya sedikit abstrak, tapi saya dapat menangkap apa yang ingin disampaikannya.
Selain itu, menurut saya ilustrasinya menambah emosi cerita menjadi berkali lipat. Saya sampai merenung memikirkan bagaimana rasanya menjadi orang tua dari Marwan. Saya rasa saya tidak bakalan sanggup menghadapi perasaan tidak berdaya yang muncul ketika memandang wajah buah hati saya, tahu bahwa saya tidak berdaya melindunginya dari akibat perang, *sedotingus*.
At last, saya speechless setelah membaca buku ini. Dapat 4 dari 5 bintang dari saya. I really liked it.
0 Comments:
Posting Komentar