***
Judul: Seni Hidup Minimalis - Petunjuk Minimalis Menuju Hidup yang Apik, Tertata, dan Sederhana | Pengarang: Francine Jay | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama | Penerjemah: Annisa Cinantya Putri | Edisi: Bahasa Indonesia, Cetakan III, Jakarta, Februari 2019 | Harga: Rp70.400,- | Beli di: Online @ HobbyBuku Shop | Bisa juga dibeli di: belbuk.com | Rating saya: 5 dari 5 bintang
***
Blurb:
Pernahkah Anda menatap semua barang yang Anda beli, warisi, atau terima di rumah, dan merasa pengap, bukannya senang?
Apakah Anda mengalami kesulitan mengatasi utang kartu kredit, bahkan tidak ingat lagi apa saja yang telah Anda beli?
Pernahkah Anda berharap ada angin kencang yang meniup semua kekacauan di rumah agar Anda bisa memulai lembaran baru?
Buku ini bisa menjadi penyelamat Anda!
Bagian pertama buku ini akan menumbuhkan pola pikir minimalis. Bagian kedua berisi metode STREAMLINE—satu dari sepuluh teknik paling efektif untuk menjaga rumah tetap rapi. Bagian ketiga mengajak Anda menggunakan langkah-langkah khusus untuk menangani setiap ruangan di rumah. Di bagian keempat, Anda akan melihat bagaimana konsep minimalis membuat kita lebih ramah lingkungan sehingga mampu melestarikan Bumi untuk generasi berikutnya.
Apakah Anda mengalami kesulitan mengatasi utang kartu kredit, bahkan tidak ingat lagi apa saja yang telah Anda beli?
Pernahkah Anda berharap ada angin kencang yang meniup semua kekacauan di rumah agar Anda bisa memulai lembaran baru?
Buku ini bisa menjadi penyelamat Anda!
Bagian pertama buku ini akan menumbuhkan pola pikir minimalis. Bagian kedua berisi metode STREAMLINE—satu dari sepuluh teknik paling efektif untuk menjaga rumah tetap rapi. Bagian ketiga mengajak Anda menggunakan langkah-langkah khusus untuk menangani setiap ruangan di rumah. Di bagian keempat, Anda akan melihat bagaimana konsep minimalis membuat kita lebih ramah lingkungan sehingga mampu melestarikan Bumi untuk generasi berikutnya.
My Review
Waktu pertama kali melihat buku ini lalu lalang di feed media sosial saya, saya putuskan untuk "menutup mata". Sebetulnya saya penasaran sekali kepingin membacanya, tapi pengeluaran saya di bulan itu untuk belanja buku sudah melebih target.
Tetapi, ketika saya dan suami mengisi rumah kecil baru kami dengan barang-barang kami dari rumah orang tua dulu, well, rumah minimalis itu langsung terasa sesak. Tempat tidur kami tampak terlalu besar ketika diletakkan di kamar tidur. Saya sering terantuk barang-barang besar seperti mesin cuci dan kulkas karena mereka harus berbagi tempat di ruangan yang kecil.
Saya langsung menggebu-gebu kepingin membaca buku ini. Sampai sempat ingin beli versi ebook-nya saja supaya bisa lebih cepat. Tapi saya urungkan karena saya tidak terlalu suka membaca ebook.
Jadilah saya akhirnya memesan buku ini secara online dan harus gigit jari menunggu proses pengirimannya yang cukup lama.
Dan yes, langsung saya baca begitu buku ini mendarat dengan selamat di pangkuan saya, hahaha.
Dan komentar pertama saya ketika membaca buku ini adalah, luar biasa. Penulis sangat lihat menyampaikan ide minimalisnya sehingga saya hampir selalu manggut-manggut setuju. Bukunya juga enak dibaca. Saya jadi terpecah antara dua keinginan, untuk terus lanjut membaca atau langsung mempraktekkan saran-saran yang disampaikan penulis untuk membuat rumah saya lebih rapi.
Sayangnya, saya belum bisa merapikan rumah kecil kami karena barang-barang yang ada di rumah itu semuanya masuk ke dalam kategori "simpan" kalau menurut buku ini. Hanya saja rumahnya memang hanya terdiri dari 3 ruangan. Kamar tidur, kamar mandi, dan ruang serbaguna. Rumah itu memang perlu penambahan ruang baru yang saat ini masih dalam proses.
Tapi setidaknya, saya bisa merapikan kamar saya di rumah ortu. Meja rias saya langsung bersih dari barang-barang yang tidak perlu. Benar seperti kata buku ini, efek dari cara hidup minimalis langsung terasa dan membuat hati saya senang.
Efek minimalis ini juga saya terapkan di meja kantor saya. Hasilnya permukaan meja saya bersih dan bebas dari "benda-benda yang menimbulkan efek berantakan". Lucunya, meja saya akhirnya jadi sasaran rekan-rekan kerja saya untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Mereka jadi senang membawa laptop mereka ke meja saya dan ikut nimbrung di sana barang sebentar.
Sayangnya, tidak ada satupun yang mengikuti jejak saya untuk membebaskan mejanya dari "benda-benda berantakan" itu. Rupanya saya kurang berbakat menjadi influencer, hahhah.
Kembali ke konsep minimalis. Salah satu konsep minimalis yang saya tangkap dari buku ini adalah "jangan mengisi suatu ruang melebihi kapasitas simpannya". Saya sebenarnya sudah lama menyadari ini, tapi tidak pernah tergerak untuk mempraktekkannya karena keterikatan saya terhadap barang-barang masih kuat.
Oleh karena itu, saran yang paling saya senangi dari buku ini adalah saran tentang bagaimana caranya melepaskan keterikatan kita dengan barang-barang tersebut.
Saya berharap suami saya mau membaca buku ini. Sayang orangnya terlalu sibuk dan tidak terlalu senang membaca, hohoho. Saya berharap buku ini juga bisa memberikan efek yang sama sehingga saya punya partner untuk "menjaga pintu" agar hanya barang-barang yang benar-benar kami perlukan saja yang bisa masuk ke rumah kami.
At last, saya masih merasa sayang untuk menyimpan buku ini kembali ke dalam rak buku. Penginnya selalu saya bawa kemana-mana untuk menjaga semangat minimalis saya agar terus berkobar, *apacoba*. Saya beri 5 dari 5 bintang untuk buku ini. Yes, it was amazing.
Cover-nya pun minimalist ya kak, hehe. Lagi suka baca yang seperti ini. Aku masukin wishlist. Semoga bisa segera baca.
BalasHapus