Bismillahirrahmanirrahim...
Buntelan dan Ordo Buntelan...
Di dalam dunia blogger buku, buntelan adalah buku yang didapatkan secara gratis. Gratisnya bisa dikasih langsung oleh si penulis, ada juga yang dikasih langsung oleh penerbit. Kemudian bisa juga dari pecinta buku lain yang mengadakan giveaway. Ada juga para pecinta buku yang memberikan bukunya secara cuma-cuma. Kemudian ada juga via aplikasi seperti giveaway Goodreads.
Nah, ordo buntelan adalah orang-orang yang memburu buku gratis tersebut. Saya lupa kapan dan dimana pertama kali mendengar istilah ini. Yang pasti, saya mendengarnya dari media sosial para blogger buku yang lalu lalang di feed saya, wkwkwk.
Semangat Berburu Buku Gratis....
Dulu, waktu masih menjadi jomblo pengangguran, saya juga menobatkan diri sebagai anggota ordo. Pokoknya kalau mendengar info tentang giveaway buku, saya langsung ikut. Sesulit dan sekecil apapun kemungkinan menangnya, saya selalu mencoba. Dan kalau saya berhasil menang, sebagai ucapan terima kasih, buku tersebut akan langsung saya baca dalam kurun waktu kurang lebih satu minggu, setebal apapun bukunya.
Rupanya saya semangat sekali waktu itu, soalnya sekarang saya terheran-heran sendiri saat melihat koleksi buku saya yang berasal dari buntelan. Cukup banyak juga ternyata, hohoho.
Sekarang Saya Nyaris Ingin Mundur Teratur dari Ordo...
Seriusssss?....errrr...engga juga sih, hahhah, *dikeplak masal*, saya masih tak bisa menolak begitu saja undangan untuk berburu buku gratis. Tapi yang jelas, semangat saya sebagai anggota ordo mulai menurun. Selain sok sibuk sebagai working mom, berikut adalah alasan-alasan kenapa saya sekarang mulai malas berburu buku gratis:
1. Ada penulis yang tidak terima bukunya dikritik...
Pernahkah teman-teman mendengar tentang trending topic ini?, haha. Tentang beberapa penulis yang merasa tersinggung kepada para reviewer yang mengkritik bukunya terlalu pedas.
Awalnya saya tidak terlalu terganggu dengan ini. Soalnya saya jarang mereview buku lokal. Buku yang sering saya baca adalah buku terjemahan yang mana penulisnya kemungkinan tidak mengerti review yang saya tulis tentang buku mereka, hihihi.
Sampai akhirnya saya membaca profil penulis lokal
Sebenarnya wajar sih ya kalau para penulis ini merasa marah karena hasil kerja kerasnya dikritik terlalu pedas. Karena kritikan itu kemungkinan besar memang berimbas kepada penjualan buku mereka.
Ta..tapi, kalau sebuah buku sudah terjun di pasaran, maka saya rasa, mau tidak mau, para penulis harus siap menerima kritik. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk menyukai buku yang kita tulis. Malahan saya rasa, kita harus bersyukur, karena mereka sudah berbaik hati meluangkan waktu dan mungkin juga dana untuk membaca dan mereview buku kita.
Kalaupun mereka-mereka itu tak suka dengan karya kita, maka yakinlah, setiap penulis punya pembacanya sendiri.
Tapi whateverlah. Yang pasti kejadian ini berimbas kepada saya. Saya jadi terlalu selektif memilih buku dari pengarang lokal yang ingin saya baca.
Saya jadi kurang semangat untuk ikut blogtour atau mendaftarkan diri jika ada penulis lokal atau penerbitnya yang mencari peresensi buku pertama.
Saya juga jadi merasa tak enak hati jika ingin mereview buku-buku dari pengarang lokal kalau buku itu saya dapat secara gratis. Bahkan kalau buku itu saya beli sendiri pun, saya tetap merasa tak enak.
Buku-buku dari pengarang yang saya tahu bakalan nyinyir kalau buku-bukunya tak dipuji akan saya geser ke antrian paling belakang dari daftar bacaan saya, hohoho, *evil laugh*.
Ditambah lagi, genre favorit saya bukanlah genre yang biasanya umum ditulis oleh penulis lokal. Nah...menulis reviewnya bakalan penuh resiko.
Tapi kalau penulis atau penerbitnya sendiri yang memberikan bukunya secara gratis kepada saya tanpa saya minta tak apalah, hahaha, *kenakeplak*. Alhamdulillah kalau masih ada yang mempercayakan bukunya untuk saya review.
Yang pasti saya berharap para reviewer dan para penulis bisa berdamai kembali tanpa ada drama nyinyir-nyinyiran lagi. Yang penulis dimohon untuk bisa lebih berbesar hati untuk menerima kritikan. Yang reviewer juga dimohon untuk menulis review yang tidak kelewat pedas. Satu atau dua cabe rawit saja cukuplah ya, *uhuk*.
2. Ada penyelenggara giveaway yang pilah-pilih pemenang kuis berdasarkan domisili....
Pernah suatu kali saya tak sengaja mengikuti obrolan online antar sesama blogger buku di media sosial. Obrolannya membahas tentang penyelenggaraan giveaway. Dan salah satu penyelenggara bilang kalau dia seringnya pilah-pilih pemenang berdasarkan domisili supaya ongkos kirim buku yang dia tanggung tak mahal. Kebetulan si penyelanggara ini domisilinya di salah satu provinsi yang berbeda pulau dengan saya.
Nah lo, saya sebagai peserta giveaway yang tinggal jauh dari pulau tersebut jadi merasa ... sedih, *uhuk*. Soalnya, saya sering ikutan giveaway-nya dia. Hiks, ternyata saya selama ini di PHP-in. Duh, sedihnya.
Sebenarnya itu hak mereka sih ya. Tapi yang bikin gemas itu, pas diperaturan giveaway-nya, mereka bilang giveaway ini terbuka untuk seluruh peserta yang mempunyai alamat kirim di Indonesia. Oke, INDONESIA!!!, *teriak pakai TOA*.
So, kalau mereka keberatan membayar ongkir untuk teman-teman yang domisilinya jauh, mereka bisa saja kan merubah peraturannya. Bilang yang diluar pulau harus bersedia menanggung ongkos kirim, kek. Atau giveaway ini hanya terbuka untuk peserta yang berdomisili di pulau X aja atau gimana gitu.
Tapi ya sudahlah. Sekarang saya sudah tidak sedih lagi. Soalnya mungkin juga kan ya saya yang tidak teliti membaca peraturan giveawaynya, *kenatonjok*.
Tapi sekarang saya jadi malas ikut giveaway. Kalau tidak pengin-pengin amat sama bukunya, saya gak bakalan ikut giveaway. Kalau pengin banget juga saya bakalan memilih untuk beli sendiri saja bukunya. Lebih pasti, tak perlu takut di PHP-in lagi, hohoho, *jadi nyinyir*.
At last...
Setelah menulis tulisan ini, saya jadi rindu kepingin berburu buku gratis lagi. Tapi kesibukan saya sebagai working mom benar-benar menyita waktu. Ikut giveway-nya kebanyakan mudah sih ya, tapi keharusan untuk membaca bukunya kalau menang itu yang masih membuat saya keteteran plus alasan-alasan di atas yang membuat semangat saya menurun. Tapi dinikmatin saja lah. Semua nanti pasti ada waktunya, *tetiba jadi bijak*.Nah, bagaimana dengan kalian? Yuk, bikin post tentang Saturday Talk:
- Jika berkenan, follow blog irabooklover atau tambahkan di blogroll/bloglist/daftar bacaan kalian ;)
- Buat blog post yang berisi bookish talk
- Jika berkenan, sertakan juga button/gambar #SaturdayTalk di dalam postingan kalian dengan link menuju post ini XD
- Silakan tinggalkan link postingan kalian di kolom komentar post ini.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah menshare bookish talk-nya di hari Sabtu \^_^/
Hahahaha baru tau ada ordo ini. Beberapa kali ikutan give away yang hadiahnya buku. Dan, belum satu pun berhasil. Mungkin kalah bersaing sama para mommy dengan balitanya. Soalnya buku yang diincar buku buat anak-anak. Wkwkwkwk
BalasHapusWkwkwkwkwk...suka duka berburu buku gratis XD
HapusPernah jadi ordo buntelan juga, tapi sekarang sudah gak terlalu 😂. Sekarang ikut GA buku juga yang sekiranya mau bener² dibaca aja. Atau cuma ikut yang hadiahnya voucher, buat beli buku wishlist..
BalasHapusTuh kan, toss dulu kita XD
HapusDulu cukup sering ikutan giveaway, tetapi nggak pernah menang, akhirnya sekarang males untuk ikutan lagi. Mungkin rezeki bukuku bukan dari giveaway :")
BalasHapusSaya alhamdulillah pas awal-awal ikutan di Goodreads langsung menang, *pamer*, *kenakeplak*, XD
HapusIya aku juga sering liat giveaway buku gitu, kayaknya seru ya. Kalau udah dapat buku gratis tuh kek ada kebahagiaan sendiri gitu loh.
BalasHapusBuku gratisan memang bikin bahagia XD
HapusSamaa, dari dulu juga sering ikutan GA, seumur-umur ga pernah menang wakakakak
BalasHapusSaya alhamdulillah lumayan sering menang, *pamer lagi*, ditimpuk pakai buku*, XD
HapusPadahal penulis itu sebenernya pengen karyanya dibeli apalagi penulis indie hehe.
BalasHapusDan setelah dibeli, mereka pengin bukunya dibaca, trus dikasih review yang bagus, atau setidaknya berimbanglah, jangan yang pedas ^^
Hapusaku juga kepengen banget bisa dapat buku gratis tapi sadar diri nggak terlalu rajin bikin review buku. hihi. soal mengkritik novel aku loh pengalaman sendiri diomelin penulis lokal karena mengkritik novelnya
BalasHapusWhoaaaa...iyakah Mbak? Review yang mana yang kena omel? *jadi kepo*
HapusHedew, ga diterima di kritik itu berarti ga siap buat bukunya di publish. Huft. Agak-agak nyebelin ya.
BalasHapusIya, somehow, jadi nyebelin banget t penulis XD
HapusOrdo ini lumayan jg ya mba buat pecinta buku hehe Kalau bs dapat gratis kan lumayan menambah koleksi dan jd bahan tulisan slanjutnya hihi
BalasHapusYap, lumayan banget Mbak XD
HapusKemana saja diriku yak... aku baru tahu deh mbak soal ordo ini. hihi... fixed mbak itu bukan cuma gemar membaca tapi bener2 terjun ke dalam dunia baca itu sendiri.
BalasHapusDasar gawiannya bubuhan buku XD
Hapussangat menginspirasi banget nihh... tterimakssseee
BalasHapus