***
Judul: Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh | Pengarang: Dee | Penerbit: TrueDee Books | Edisi: Bahasa Indonesia, Cetakan V, Bandung, November 2001, xii + 231 hlm, 21 cm | Status: Owned book | Tanggal beli: 5 Januari 2007 | Rating saya: 3 dari 5 bintang
***
Perkenalan saya dengan Supernova...
Saya tahu buku ini berkat rekomendasi dari guru Bahasa Indonesia di bimbel yang saya ikuti waktu SMA dulu. Saya masih ingat waktu itu beliau semangat sekali merekomendasikan buku ini kepada kami. Beliau bilang buku Supernova ini benar-benar bagus.
So, saya langsung membeli Supernova begitu ada kesempatan. Dan reaksi saya setelah membacanya adalah saya SHOCK. Waktu itu saya masih SMA, bacaan saya didominasi oleh buku-buku fantasi dongeng dan kadang-kadang karya-karya pujangga lama yang saya pinjam di perpustakaan sekolah. Buku-buku yang --- kalau menurut istilah saya --- masih mengajarkan nilai moral yang bagus.
Dan saya benar-benar syok setelah membaca Supernova, dimana saya diperkenalkan dengan area abu-abu. Dimana hubungan sesama jenis, pelacuran dan perselingkuhan menjadi bumbu dalam cerita ini. Lama saya tak menyentuh Supernova lagi. Bahkan tidak tertarik membaca buku-buku selanjutnya. Saya sedih dengan kenyataan hidup yang diperkenalkan oleh Supernova.
Dan lebih dari satu dekade kemudian, baru saya tertarik kembali untuk membaca ulang Supernova dan ingin melanjutkan membaca sampai buku-buku berikutnya. Yeah, saya sudah dewasa dan sudah membaca begitu banyak buku, sehingga sekelam apa pun dunia yang diceritakan di dalam sebuah buku tidak terlalu mempengaruhi saya seperti jaman saya masih polos dulu, *eh*.
Membaca ulang Supernova....
Jadi ada sepasang kekasih gay di buku ini, namanya Dhimas dan Ruben. Mereka memutuskan untuk membuat sebuah kisah roman masterpiece yang katanya bisa menjembatani semua percabangan sains.
Kisah mereka didasarkan pada dongeng masa kecil Dhimas yang berjudul Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Cerita aslinya, Ksatria jatuh cinta pada sang Putri, namun sang Putri berada jauh tinggi di langit. Ksatria pun meminta bantuan kepada Bintang Jatuh untuk membawanya ke langit, ke tempat sang Putri berada. Namun ketika melihat kecantikan sang Putri, Bintang Jatuh pun jatuh hati dan menjatuhkan si Ksatria.
Dalam kisah Dhimas dan Ruben, sang Ksatria mereka beri nama Ferre yang jatuh hati pada seorang Putri yang mereka beri nama Rana. Rana juga jatuh cinta pada Ferre. Jadi tak ada masalah cinta bertepuk sebelah tangan, yang jadi masalah adalah Rana ini sudah bersuami.
Lalu tokoh Bintang Jatuh diberikan kepada Diva, seorang perempuan, bukan seorang laki-laki seperti cerita aslinya. Si Bintang Jatuh ini digambarkan sebagai seseorang yang berpengatahuan luas, namun tanpa titel. Saya rasa ada sedikit sindiran bagi orang-orang bertitle namun kepintarannya tidak sebanding dengan titelnya di sini, *uhuk*.
Diva juga digambarkan sebagai seorang yang sinis. Diva digambarkan sebagai seseorang yang tidak terikat pada apa pun. Dia cantik, kaya, dan pintar. Hanya saja, dia memperdagangkan sesuatu yang mungkin dianggap h*ina oleh orang-orang.
Kemudian ada tokoh Supernova juga. Jujur waktu saya membaca buku ini pertama kali, saya yakin sekali kalau Supernova itu adalah si anu. Tapi setelah membaca ulang, saya jadi ragu, hahhah.
Nah..nah, bagaimana akhir kisah cinta Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh versi Dhimas dan Ruben? Silakan dibaca sendiri bukunya ya, hihihi.
Setelah membaca ulang Supernova....
Saya tidak yakin saya mengerti, hahhhah *kenakeplak*. Saya lulusan fakultas sains, tapi ketika sains diceritakan di dalam sastra, saya menjadi tidak yakin lagi.
Saya rasa novel ini seperti semacam novel filsafat. Mempertanyakan tentang sesuatu seperti eksistensi diri kita sendiri atau untuk apa kita hidup atau semacam itulah. Banyak pesan moral yang bisa diambil dari kisah ini namun ada juga beberapa yang tidak saya setujui.
At last, sebelum penyakit sotoy saya kambuh, saya rasa ulasan saya cukup sampai di sini saja, hohoho. Apakah saya menyukai buku ini? Jawabannya adalah ya. Buku ini cukup menghibur dan lebih membuat saya melek tentang fenomena sosial yang saya hindari keberadaannya. So, saya beri 3 dari 5 bintang untuk Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Yeap, I liked it.
Dee termasuk penulis yang secara gaya menulisnya saya suka. Awal kenal tulisan beliau gara-gara buku Perahu Kertas. Lalu lanjut ke Rectoverso. Baru setelah itu saya mulai dengan seriesa Supernova ini. Sayangnya saya berhenti di buku Partikel, untuk buku Gelombang dan Intelegensi Embun Pagi belum saya lanjutkan. Eh, saya justru lanjut membaca buku terbarunya yang Aroma Karsa.
BalasHapusKesimpulannya adalah untuk series supernova ini memiliki plot yang panjang dan susah dicerna. Makanya saya sempat merasa kelelahan. Berbeda ketika membaca buku Perahu Kertas, menurut saya lebih ringan dan mudah dipahami.
Tapi memang kalau membaca buku karya Dee, kita diajak memikirkan banyak hal yang kesemuanya itu menurut kita sebagai hal baru. Dan buku favorit saya di series supernova ini adalah buku Petir.
Kak Ira, selamat melanjutkan series supernova buku berikutnya ya! Hehehe
Wah, kalau saya kenal karya Dee, dari KPBJ ini. Setelah itu smpat berhenti membaca karya-karya beliau. Terus tertarik baca lagi karena penasaran sama Perahu Kertas. Eh ternyata saya suka sekali sama Perahu Kertas. Terus lanjut lagi baca series Supernova ini. Dan penasaran juga mau baca Aroma Karsa.
HapusTerima kasih. Doakan supaya rencana baca series Supernova ini beneran terlaksana dan bukan hanya wacana, ehehehehe.
Wah kalau aku malah ga dpt feel nya pas baca perahu kertas. Susaah bgd maju baca ny, lama ga beres2. Akhirnya saya nyerah pas stngah lebih bukunya. Tp itu udah agak lama sih. Jd penasaran jg, klo aku baca ulang lg kaya mba ira baca ulang supernova siapa tau feel ny bakal beda.. 😁
HapusIya, Mbak coba dibaca ulang, wkwkwkwk. Btw, setelah diingat-ingat, ternyata sudah ada beberapa buku yang saya baru dapat feel-nya setelah baca ulang XD
Hapus