***
Judul: The Help | Pengarang: Kathryn Stockett | Penerjemah: Barokah Ruziati | Penerbit: Matahati | Edisi: Bahasa Indonesia, Cetakan I, Mei, 2020, 545 halaman | Status: Owned book (dikasih gratis oleh Maya) | Rating saya: 4 dari 5 bintang
***
Blurb:
Kota Jackson, Mississippi, tahun 1962. Tiga wanita berbeda warna kulit bergabung dalam sebuah proyek rahasia yang luar biasa.
Skeeter Phelan, wanita kulit putih, 22 tahun. Skeeter memiliki kenangan dan pertanyaan tak terjawab tentang Constantine Bates, pembantu yang mengasuhnya sejak kecil, namun menghilang ketika Skeeter berkuliah di luar kota.
Aibeleen Clark, pembantu keluarga Leefoot yang bijaksana. Mengasuh gadis kecil yang diabaikan oleh ibunya sendiri. Aibileen sendiri telah kehilangan putranya dalam suatu kecelakaan tragis.
Minny Jackson, sahabat karib Aibeleen, pendek gemuk dan besar mulut, bersuamikan pemabuk berat yang gemar memukulinya. Bekerja pada wanita kulit putih paling tidak populer di kota itu…
Ketiga wanita ini bergabung untuk menulis kisah kehidupan pembantu wanita kulit hitam yang bekerja pada keluarga kulit putih. Sanggupkah mereka menghadapi risiko kehilangan teman, cinta, bahkan nyawa?
Kata saya setelah membaca buku ini:
Banyak terima kasih buat Maya yang udah ngasih buku bagus ini buat saya, *peluk*.
Bukunya keren banget. Perasaan saya jadi campur aduk setelah membacanya. Apalagi pas baca endingnya, huhu, jadi pengin nangis.
Jadi sepeti kata blurb di atas, buku ini mostly berkisah tentang kehidupan pembantu kulit hitam yang bekerja pada keluarga kulit putih. Meskipun banyak dukanya, tapi ternyata ada sukanya juga. IMO, itu bukti kalau kita mau berusaha sedikit untuk mencoba saling memahami, perbedaan seharusnya tidak menjadi masalah.
Tapi yah dunia nyata tidak semanis itu. Akan selalu ada sekelompok orang yang merasa dirinya paling baik dibandingkan orang lain. Pokoknya cuma mereka aja deh yang paling baik dan bener, sedangkan yang lain salah. Menyebalkan sekali, bukan? Yah, pastikan saja semoga kita tidak termasuk dalam kelompok itu.
Bukunya keren banget. Perasaan saya jadi campur aduk setelah membacanya. Apalagi pas baca endingnya, huhu, jadi pengin nangis.
Jadi sepeti kata blurb di atas, buku ini mostly berkisah tentang kehidupan pembantu kulit hitam yang bekerja pada keluarga kulit putih. Meskipun banyak dukanya, tapi ternyata ada sukanya juga. IMO, itu bukti kalau kita mau berusaha sedikit untuk mencoba saling memahami, perbedaan seharusnya tidak menjadi masalah.
Tapi yah dunia nyata tidak semanis itu. Akan selalu ada sekelompok orang yang merasa dirinya paling baik dibandingkan orang lain. Pokoknya cuma mereka aja deh yang paling baik dan bener, sedangkan yang lain salah. Menyebalkan sekali, bukan? Yah, pastikan saja semoga kita tidak termasuk dalam kelompok itu.
Sedih sekali memang kalau ada orang rasis disekitar kita. Apalagi kalau mereka tidak sadar kalau sikap mereka telah menyakiti hati kita. Mereka mungkin menganggap itu cuma sebagai candaan. Tapi menurut saya pribadi (sebagai orang yang ditakdirkan untuk lahir dan besar di "kampung"), sedih sekali rasanya. Seremeh apapun kelihatannya, hal yang mereka lakukan tetaplah sebuah rasisme. Api yang seharusnya tidak pernah disulut karena dengan hembusan udara yang tepat, api itu seketika bisa membakar dengan hebat.
Buku ini juga mengingatkan saya bahwa baik atau buruknya seseorang, sama sekali tidak dipengaruhi oleh warna kulit ataupun status sosial orang tersebut di masyarakat. Saya mendapatkan pesan moral ini dari kisah antara hubungan Minny, Celia, Leroy, dan Hilly.
Kita akan tetap menyebalkan dan jahat seperti Hilly meskipun kulitnya putih dan merupakan orang terpandang di masyarakat. Pun tak akan ada yang mau dekat-dekat dengan kita kalau kita pemarah dan suka main pukul seperti Leroy meskipun dia berkulit hitam dan merupakan pekerja biasa. Yang sudah baca bukunya saya rasa pasti tahu tokoh mana yang paling kepingin minta ditabok, hahhah.
At last, IMO, buku ini bagus dan berhasil meningkatkan mood baca saya. 4 dari 5 bintang untuk Sang Pembantu. I really liked it.