Kembali Ke St. Clare Book Review
***
Judul: Kembali Ke St. Clare | Seri: St. Clare #2 | Pengarang: Enid Blyton | Edisi: Bahasa Indonesia | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama | My rating: 4 dari 5 bintang |
Blurb:
Liburan telah usai. Betapa senangnya kembali ke St Clare! Bertemu teman-teman lama, berkenalan dengan teman-teman baru, mengadakan pesta tengah malam, iseng mengganggu guru... dan tentu saja tak ketinggalan kerja keras untuk mendapat nilai yang tinggi.
Semua itu memang mereka alami.
Dan lebih lagi!
Karena anak-anak baru lebih meramaikan suasana. Terutama Margery, yang ternyata sama sekali lain dari yang semula diduga anak-anak.
***
Pat dan Isabel kembali ke St.Clare. Kali ini bersama dengan Allison, sepupu mereka.
Kisah tentang anak-anak di sekolah asrama St. Clare kali ini lumayan menguras emosi. Saya terharu dibuatnya.
Di sini ada cerita tentang anak yang mempunyai sifat pendengki. Ada juga cerita tentang anak yang luar biasa baiknya.
Sebuah perbandingan yang sangat kontras.
Jelas kalau disuruh memilih, kita tentu ingin menjadi anak yang baik hati itu. Namun dalam kehidupan nyata, mungkin tanpa disadari, kita bisa saja berada pada posisi si pendengki yang sanggup berbuat jahat kepada orang lain.
Dan seperti yang kita tahu, tidak ada akhir yang bagus untuk si pendengki walaupun pada awalnya dia tampak puas dan senang.
"Dibenci orang lain sudah sangat tidak enak rasanya. Apalagi jika diri sendiri juga ikut membenci." ---hlm. 173
Dan selalu akan ada akhir yang manis untuk si baik hati meskipun awalnya terasa berat.
"Lucy tahu bahwa ia harus berusaha bersikap ramah pada anak itu, walau hal itu terasa berat sekali." ---hlm. 175
Pesan moral tentang si pendengki dan si baik hati ini cukup membekas diingatan saya. Semoga bisa dijadikan self-reminder.
Kemudian ada juga cerita tentang seorang anak yang selalu cemberut dan bersikap kasar. Ternyata ada alasan dibalik itu.
Untunglah dia masih diberi kesempatan. Semua sikap kasarnya dibalas dengan ramah oleh teman-temannya.
Sebuah contoh yang bagus bagi pepatah "balaslah kejahatan dengan kebaikan". Karena si anak kasar bisa berubah menjadi sangat manis setelahnya.
Kisah tentang si anak kasar ini bisa dijadikan pengingat juga bagi para orang tua. Bahwa sikap anak yang terlihat sulit bisa jadi disebabkan oleh sikap kita sendiri terhadap mereka. Dan sikap anak bisa berubah jika orang tua tersebut mau berbesar hati mengakui kesalahannya.