Identitas Buku
Judul: The Ship of The Dead | Seri: Magnus Chase and The Gods of Asgard #3| Pengarang: Rick Riordan | Penerbit: Noura Books | Dibaca via: Google Play Books
Blurb
Magnus sudah belajar cara mencemplungkan diri ke laut tanpa perlu mati tenggelam atau menjadi santapan para monster. Dia bahkan belajar dari ahlinya langsung, sang putra Poseidon, Percy Jackson. Berhasil? Tidak juga, karena apa gunanya mempelajari semua itu kalau yang kau hadapi adalah Loki dan ribuan pasukannya yang sudah mati dan kini bangkit lagi?
Bahkan. Sebelum terjadi pertarungan akbar, Magnus dan teman-temannya sudah harus menghadapi banyak rintangan. Dari yang gampang: menanggung malu berlayar dengan kapal bercat kuning norak, bertemu sang kakek, Njord, yang tergila-gila pada kakinya sendiri, atau saat Magnus tanpa sengaja menjilat darah yang menetes dari jantung bakar seekor naga [huek!]. Hingga yang sulit: mengalahkan sembilan budak raksasa, menghadapi sang majikan raksasa yang mengamuk karena mead-nya dicuri, atau nyaris tewas beku di Niflheim, dunia es dan kabut.
Yang paling konyol dari semua itu adalah: Magnus harus menantang Loki duel! Bukan sembarang duel, tapi duel mengejek. Dengan dewa yang terkenal paling ahli dalam menghina! Namun, demi menangkap Loki kembali dan mencegah kapalnya berlayar untuk memulai Ragnarok, Magnus terpaksa bersedia. Tinggal minum saja mead-nya, dan dia akan berjaya.
Ah, masa?
Review
Akhirnya selesai menamatkan seri Magnus Chase dan belum apa-apa saya sudah kangen sama Blitz dan Hearth. Mereka duo kurcaci peri yang persahabatannya ngingetin saya sama Legolas dan Gimli versi buku.
Kalau baca bagian endingnya sih kayaknya kisah Magnus ini punya potensi untuk dilanjutkan ya, *maunya*.
Jadi di buku terakhir ini Magnus dan kawan-kawan harus berlayar untuk menghadang Loki yang sudah siap berlayar di kapal kuku, lengkap dengan kapten beserta awak raksasa dan zombie-zombie-nya. Tinggal nunggu es cukup mencair di musim panas dan taraaaa…Loki sudah siap untuk memulai Ragnarok.
Namun, sepertinya Magnus juga sudah siap. Kenapa tidak, dia sudah punya kapal sendiri, hadiah dari ayah dewata tersayang (btw saya kok lupa ya kapan Frey bilang benda itu bisa berubah jadi kapal, *garuk-garuk gingsul*). Magnus juga sudah belajar cara menjadi "pelaut" dari Percy sang Putra Poseidon sendiri.
Sayangnya, untuk mencegah Ragnarok, Magnus bukannya adu berlayar, melainkan harus adu ejek dengan dewa yang paling ahli mengejek. Nah lo!
Untunglah dalam perjalanannya, Magnus dibantu sang kakek, Dewa Njord. Btw, menurut panduan pelafalan di halaman-halaman terakhir buku, Njord ini dilafalkannya "Ni-Yord" ya. Tapi saya terlanjur keterusan membaca apa adanya yaitu "enjord", alhasil jadi mengurangi kewibawaan sang dewa, *dikeplakmasa*.
Ceritanya masih kocak. Tapi bagian terkocak favorit saya adalah saat teman-teman Magnus ngecek kemampuan Magnus berkata-kata, wkwkwk, lucu..lucu..lucu….
At last...
Buku ketiga ini lebih seru bagi saya karena saya penasaran setengah mati gimana proses saling ejek Magnus versus Loki dan gimana endingnya. Alhasil, saya puas sekali dengan hasilnya. Keren..keren..keren!
Selain itu ada kejutan manis sih ya menjelang ending yang bisa bikin senyam senyum sendiri. Tapi ada juga pengingat kejam akan kejadian yang bikin nyesek dari "negeri Romawi", huhu.
So, 4 dari 5 bintang untuk The Ship of The Dead. I really liked it.
Kutipan Favorit
"Pahlawan tidak pernah siap, kan?" kata Annabeth. "Kita semata-mata bertindak sebaik-baiknya." ---hlm. 21
"Kita harus selalu menjadi diri sendiri." ... "Yang aneh-aneh harus kalian pamerkan, Kawan-Kawan. ---hlm. 28
Aku tidak mau bangun. Aku ingin berdiam di sini bersama Alex dan menyaksikan matahari sore mengubah warna sungai dari biru menjadi merah ambar. Mungkin kami bisa membaca buku-buku lama Randolph. Kami bisa meminum jus jambunya sampai habis. ---hlm. 51
Hal yang paling tak disangka-sangka adakalanya merupakan kunci kemenangan. ---145
Kata-kata bisa jadi lebih fatal daripada senjata tajam. ---hlm. 146
Kita tidak bisa berpegang pada kebencian selamanya. Kebencian tidak berpengaruh apa-apa terhadap orang yang kita benci, malah justru meracuni kita. ---hlm.166
Dunia ini, dunia-dunia ini, justru jauh lebih menarik karena pembauran terus-menerus. ---hlm. 174
Kau adalah yang paling marah di antara mereka, Mallory - si pelaksana, bukan si pembicara. Loki tahu caranya memanipulasimu. ---hlm. 327
yang terkecil sekalipun bisa menghasilkan perubahan besar. ---hlm. 336
Masa depan itu rapuh, Magnus. Terkadang dengan mengungkap nasib seseorang, kita justru menghancurkan nasib tersebut hingga berkeping-keping.---hlm. 337
Padahal, aku punya firasat bahwa tak peduli semagis apa mead itu, kesuksesanku akan bergantung kepadaku---hlm. 377
Aku memilih untuk meyakini bahwa kesulitanlah yang menjadikan kita lebih kuat---hlm. 384
.... "Katakan sesuatu yang mengesankan. Deskripsikan badai di luar." Aku menerawang ke badai salju di luar jendela. "Badai kelihatan ... putih. Juga dingin." Halfborn mendesah. "Matilah kita semua." ---hlm. 415
Perubahan terus menerus adalah fitrahnya. Momen tidak bertahan selamanya. Kita harus menikmati momen demi momen sebagaimana adanya. ---hlm. 497
Monday Book Review
- Follow blog irabooklover via akun Google atau tambahkan di blogroll/bloglist/daftar bacaan kalian.
- Buat blog post yang berisi review buku di hari Senin.
- Sertakan button/ikon/banner/gambar Monday Book Review di bawah ini di dalam postingan kalian dengan link menuju post ini.
- Silakan tinggalkan link postingan kalian di kolom komentar post ini.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah menshare book review-nya di hari Senin \^_^/
0 Comments:
Posting Komentar