Identitas Buku
***
Blurb
Apollo rasa ini saatnya dia melakukan sesuatu yang bermartabat. Lagi pula, pada misi menghadapi kematian kali ini, dia dan Meg akan ditemani putra Hades, Nico di Angelo, dan Will, anak Apollo yang bisa berpendar dalam gelap.
Bagaimana akhir petualangannya sebagai manusia? Ah, rasanya seperti menjawab soal dengan pilihan ganda saja.
A. Nero menang dan satu Manhattan gosong dibakar api Yunani.
B. Nero kalah dan Apollo harus menghadapi musuh abadinya, Phyton, dan mati dililit atau digigit. Atau,
C. Nero kalah, Phyton menyemprotkan bisa mematikan, dan Apollo yang tengah sekarat membuat Zeus iba dan mengangkatnya kembali menjadi dewa agar bisa mengalahkan si ular. (Yang kemungkinannya sama besar dengan persentasi Apollo bisa mengencani Reyna si Pemburu Artemis: 0.00000001%.)
AAARGH! Kenapa tidak ada pilihan D? Bahwa semua ini cuma mimpi dan Apollo hanya tengah tertidur di ranjang empuknya di Olympus, menikmati istirahat sebelum berkeliling menyinari dunia dengan mataharinya?
Review
“Masalah yang umat manusia hadapi sejatinya tidak berubah, sebab manusia fana selalu punya sifat jelek dan beban emosional.” ---Konten 17, halaman 19 dari 22
Lester dan Meg melanjutkan misi untuk melawan Kaisar terkuat, Nero. Ramalan demi ramalan yang memandu mereka kepada misi tersampaikan lewat berbagai narasumber.
Kali ini, Lester dan Meg ditemani oleh Nico, Will dan Rachel. Mulai dari berkelahi dengan sapi kebal nan bebal, membuat perjanjian beresiko dengan makhluk pelari cepat yang tinggal di bawah tanah, sampai akhirnya mereka sampai di markas Nero.
Seluruh demigod perkemahan Blasteran sudah siap untuk membantu misi Apollo kali ini, meskipun ada kemungkinan ini adalah misi bunuh diri. Tapi mereka harus mengambil risiko itu karena si Kaisar punya kecenderungan untuk menghancurkan siapa dan apa saja untuk memastikan dirinyalah yang selalu lebih unggul.
Dan jangan lupakan si ular Phyton pengganggu ramalan yang menunggu di guanya. Tidak peduli menanti siapa yang menang dalam pertarungan antara Lester dan Kaisar karena mereka semua bisa dia lahap meskipun mungkin rasanya tidak enak.
Perasaan saya gado-gado saat baca seri terakhir ini. Sebagaimana lazimnya perasaan saya saat membaca buku terakhir dari sebuah seri, *eaaaaaaa*.
Cukup yakin endingnya bakalan gimana tapi jalan mencapai ending ini yang bikin dag dig dug. Separah apa kerusakan yang dihasilkan oleh aksi para Kaisar jahat, apakah ada korban jiwa, adakah dewa-dewi yang ikut campur tangan dalam misi mustahil kali ini dan sebagainya.
Dan setelah selesai, saya jadi speechless. Ikut bahagia sesuai ending sekaligus sedih karena harus berpisah dengan semuanya.
Adegan favorit saya adalah "Lululemon". Somehow saya jadi ngakak banget pas baca scene itu.
Kemudian saya juga penasaran dengan karakter Kaisar Nero. Saya tidak pernah baca sejarah Romawi yang membahas tentang si Kaisar jadi agak penasaran apakah benar Nero dikenal sebagaimana yang digambarkan oleh cerita ini:
Bisa-bisanya seseorang memelintir kebenaran seblak-blakan itu, menyampaikan pernyataan yang berlawanan dengan apa yang sudah jelas dan terang benderang, dan tetap saja terkesan memercayai perkataan tersebut? Apa yang bisa kita perbuat untuk menangkis dusta teramat mencolok dan melantur yang semestinya bahkan tidak digubris? ---Konten 28, halaman 5 dari 17
Ya, di cerita ini, Nero digambarkan sebagai seorang Kaisar yang manipulatif. Apa yang dia katakan adalah dusta, tetapi dia bisa menyampaikan dusta tersebut sebagai kebenaran yang meyakinkan.
Anehnya, orang-orang tahu kalau apa yang dia sampaikan adalah dusta tapi mereka tetap mempercayainya sebagai kebenaran apabila Nero yang menyampaikannya. Wow, keren yak! *dikeplakmasa. Atau lebih tepatnya ini adalah sebuah kekerenan yang berbahaya dan jahat.
At last, masih berasa melow akibat efek cerita di halaman-halaman terakhirnya. 5 dari 5 bintang untuk ending seri ini. It was amazing.
Kutipan Favorit
Bisa-bisanya kebaikan hati berdampak demikian! Semasa hidup sebagai Lester Papadopoulos, aku belajar dari pengalaman untuk berdiri gagah sekalipun didera penganiayaan verbal nan kejam dan kekerasan fisik tak habis-habis yang mengancam nyawa, tetapi secuil kedermawanan ternyata langsung menonjok hatiku dan membuatku mewek karena luluh lantak secara emosional. --- Konten 4, halaman 13 dari 17
Orang ingin mendapat sorotan---bahkan sorotan yang tidak enak. ---Konten 16, halaman 6 dari 21
Manusia fana dan dewa memiliki satu persamaan: sama-sama dilenakan oleh nostalgia, oleh kenangan tentang "masa lalu nan indah". Kita selalu menengok ke masa lalu keemasan, masa ketika tidak ada yang jelek-jelek. ---Konten 17, halaman 18 dari 22
Masalah yang umat manusia hadapi sejatinya tidak berubah, sebab manusia fana selalu punya sifat jelek dan beban emosional. ---Konten 17, halaman 19 dari 22
Menjadi manusia berarti maju terus, beradaptasi, meyakini bahwa kita mampu membuat perbaikan. Itulah satu-satunya jalan agar kepedihan dan pengorbanan menjadi berarti. ---Konten 17, halaman 21 dari 22
"Tapi bukan karena itu kalian mesti membantu kami,". imbuhku. "Bukan karena membantu kami menguntungkan trog, melainkan karena kita semua harus tolong-menolong. Itulah satu-satunya cara supaya kita bisa dianggap beradab. Kita ... kita harus bisa melihat jalan yang benar dan kita harus mengambilnya." ---Konten 18, halaman 15 dari 20
..., tetapi aku sudah belajar dari pengalaman bahwa janji amatlah berharga. Kita tidak boleh sembarang berjanji jika tidak yakin bisa menepatinya,... ---Konten 27, halaman 2 dari 18
Bisa-bisanya seseorang memelintir kebenaran seblak-blakan itu, menyampaikan pernyataan yang berlawanan dengan apa yang sudah jelas dan terang benderang, dan tetap saja terkesan memercayai perkataan tersebut? Apa yang bisa kita perbuat untuk menangkis dusta teramat mencolok dan melantur yang semestinya bahkan tidak digubris? ---Konten 28, halaman 5 dari 17
Dia ahli merekayasa drama. Nero tahu caranya memanipulasi massa, membuat kami selalu was-was. ---Konten 28, halaman 11 dari 17
Bagaimanapun, menjadi penjahat adalah pekerjaan berat melelahkan. ---Konten 30, halaman 18 dari 19
Yang dapat kami semua lakukan hanyalah berusaha dan berharap semoga saja, pada akhirnya, siklus yang baik bisa mengalahkan siklus yang jahat. ---Konten 32, halaman 6 dari 23
Namun, selain belajar rendah diri, aku memetik pelajaran lain: dipermalukan baru awal, bukan akhir. Terkadang kita membutuhkan kesempatan kedua, ketiga, dan keempat. ---Konten 33, halaman 3 dari 15
Kebijaksanaan. Ada gunanya. ---Konten 36, halaman 5 dari 17
Aku berharap ..., aku meyakini bahwa duka dan kepedihan yang kualami telah membentukku menjadi orang yang lebih baik. ---Konten 37, halaman 9 dari 19
Monday Book Review
- Follow blog irabooklover via akun Google atau tambahkan di blogroll/bloglist/daftar bacaan kalian.
- Buat blog post yang berisi review buku di hari Senin.
- Sertakan button/ikon/banner/gambar Monday Book Review di bawah ini di dalam postingan kalian dengan link menuju post ini.
- Silakan tinggalkan link postingan kalian di kolom komentar post ini.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah menshare book review-nya di hari Senin \^_^/
0 Comments:
Posting Komentar