Identitas Buku
The Psychology of Money • Morgan Housel • Penerbit Baca • Edisi Bahasa Indonesia, Cetakan LII, Februari 2013, 238 halaman
Blurb
Review
Hmmm…saya tak bisa konek dengan buku ini. Tidak konek dalam artian bacanya ga ngalir. Sepertinya otak saya lagi jomplang dalam memahami kata- kata karena saya membaca buku ini nyambil baca 4 buku Agatha Christie berturut-turut 😁.
Membaca buku fiksi klasik sambil diselingi baca buku non fiksi kekinian ternyata tidak semudah itu bagi otak saya, *eluseluskepala*.
Pesan yang paling dapat saya tangkap dari buku ini adalah, kalau ingin kaya, hiduplah sederhana dan menabunglah secara konsisten. Menumpuk tabungan dengan tujuan agar seiring waktu, bisa mencapai "tujuan kemandirian". Itulah tujuan menguasai psikologi uang, *nganggukngangguksokngerti*, *dikeplakpakaisandal*.
CMIIW, "tujuan kemandirian" yang dimaksud di sini saya rasa sama dengan "kebebasan finansial" seperti yang disebutkan oleh Robert T. Kiyosaki di bukunya. Sebuah konsep keadaan dimana kita bebas dari masalah keuangan dan bebas membeli apa saja yang kita mau.
Kutipan yang paling berkesan bagi saya adalah "kurangi ego, tambah kekayaan". Setelah membaca kalimat itu, sebuah pemahaman menerpa, *uhuk*.
Saya paham maksudnya, saya sudah pernah membuktikan sendiri, dan apa yang dikatakan kutipan itu memang benar.
Sayang, saya membuktikannya hanya dalam sebuah game. Saya pernah main game—yang seandainya saja saya punya ego untuk menyelesaikan levelnya lebih dulu dari teman lain, maka akan menghabiskan seluruh persediaan "harta" saya di game tersebut.
Tapi tidak, saya main game itu benar-benar hanya untuk refreshing. Saya bahkan tidak tahu bagaimana cara menggunakan "harta" tersebut untuk mempercepat penyelesaian sebuah level.
Alhasil "harta" saya menumpuk banyak. Saat saya sudah tahu bagaimana menggunakannya, saya sudah punya cukup banyak untuk dibelanjakan sesuka hati. Yah saya bisa bilang kalau saya sudah mencapai tujuan kemandirian dalam game tersebut, hohoho, *dikeplakmasa*.
Kutipan tadi juga diiringi penjelasan yang membuat saya ngakak. Saat kita membelanjakan uang karena katakanlah----masalah gaya hidup. Maka yang kita dapatkan adalah barang, bukan uang. Jadi kita harus menerima keadaan bahwa uang kita justru berkurang karenanya, bukan bertambah. Kekayaan adalah uang yang kita punyai, bukan barang mewah yang kita tampakkan.
Satu lagi kutipan favorit saya ada dari halaman 83 dan 198 berikut:
"Jika rasa hormat dan kagum adalah tujuan Anda, hati-hati dengan cara mencarinya. Kerendahan hati, kebaikan dan empati akan mendatangkan lebih banyak rasa hormat daripada harga mobil." --hlm. 83
"Jadilah lebih baik hati, jangan pamer."---hlm. 198
Nge-jleb banget. Semoga saya selalu ingat sama kutipan-kutipan ini. Semoga.
Coz, menurut buku ini, membeli barang-barang mewah semisal mobil, atau barang-barang kecil yang branded sebenarnya tidak membuat orang menaruh hormat kepada kita. Yang mereka pikirkan saat melihat barang-barang itu ada pada kita adalah mereka ingin memilikinya juga!
At last, sayang buku ini tidak terlalu memberikan efek menggerakkan yang kuat seperti buku pengembangan diri lain yang pernah saya baca. Saya tidak langsung tergerak dengan semangat untuk langsung menabung. Mungkin buku ini harus saya baca ulang kapan-kapan dengan mode "setia" alias hanya baca buku ini saja dan tidak dibarengi dengan buku lain.
So, 3 dari 5 bintang untuk buku ini. I liked it.
Monday Book Review
- Follow blog irabooklover via akun Google atau tambahkan di blogroll/bloglist/daftar bacaan kalian.
- Buat blog post yang berisi review buku di hari Senin.
- Sertakan button/ikon/banner/gambar Monday Book Review di bawah ini di dalam postingan kalian dengan link menuju post ini.
- Silakan tinggalkan link postingan kalian di kolom komentar post ini.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah menshare book review-nya di hari Senin \^_^/
0 Comments:
Posting Komentar