Identitas Buku
Review
"Babi kecil yang ini pergi ke pasar; Babi kecil yang ini tinggal di rumah; Babi kecil yang ini makan daging panggang; Babi kecil yang ini tak punya apa-apa; Babi kecil yang ini menangis, 'Hik! Hik! Hik!Aku tersesat tak bisa pulang!'" ---halaman 30Sajak ini melintas di kepala Poirot saat mendapatkan informasi tentang lima orang yang terlibat dalam sebuah kasus pembunuhan 16 tahun yang lalu. Poirot mengunjungi kelima orang itu berdasarkan urutan sajak. Berusaha mengetahui apa yang terlewatkan oleh catatan resmi kepolisian lewat ingatan mereka yang hadir saat pembunuhan terjadi. Alasan Poirot untuk mengungkit kembali kasus lama ini adalah karena Carla, anak terdakwa---yang pada waktu kasus itu terjadi masih berusia 5 tahun--- ingin mengetahui kebenaran. Mirip dengan kasus pada buku Elephants Can Remember. Namun, jika "para gajah" memberikan petunjuk yang mudah ditebak, kelima orang ini membuat saya terkecoh. Buku ini saya baca untuk RC #ReadChristie2025 dengan tema "Artists". Lewat blurb (btw, blurb-nya sepertinya ada typo 🤔), kita bisa mengetahui bahwa seniman yang dimaksud adalah si korban, seorang pelukis bernama Amyas Crale, yang diduga dibunuh oleh istrinya sendiri karena cemburu.
"..., tapi harus diakui bahwa tindak tanduknya, dengan sejujurnya saya ungkapkan, melampaui batas. Dia seorang artis, tentu saja, dan barangkali itu bisa dijadikan alasan. Tapi inilah---dia membuka sendiri kesempatan untuk terjadinya skandal-skandal yang menghebohkan itu. Situasi yang sesaat pun tidak pernah terpikirkan oleh orang dari kalangan terhormat."
---halaman 110
Amyas Crale dikenal sebagai seorang pelukis jenius. Dia sering bermain-main dengan wanita meskipun sudah memiliki istri dan anak. Meskipun begitu, dia selalu kembali kepada istrinya. Namun, seorang gadis muda cantik bernama Elsa hadir dalam kehidupan mereka. Elsa, yang sudah terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan, meskipun untuk mendapatkannya dia harus melanggar aturan-aturan moral.
Ya, buku ini juga bisa jadi pilihan jika ingin membaca buku Agatha Christie dengan tema perselingkuhan atau kecemburuan. Tapi pelakornya di sini bikin gregetan, membuat saya jadi kepingin mengeluarkan napas api 😤.
Next, buku ini juga saya baca untuk Around The World Reading Challenge 2025, yang membuat saya lebih melek dengan setting tempat dari buku yang saya baca. Sebelumnya, saya hanya...errrr... merasakan saja kalau setting kantor Poirot ada di London, tanpa pernah mencari tahu kalimat mana yang menegaskan hal tersebut.
So, saya mulai menandai kalimat-kalimat itu dan memutuskan untuk memajang kutipan berikut sebagai bukti bahwa London adalah satu setting tempat dalam cerita ini.
"Tetapi hendaknya Anda mau memaklumi, karena adik Anda tinggal dekat London, maka lebih praktis kalau saya mengunjunginya terlebih dulu." ---halaman 130Dan, berikut kutipan-kutipan favorit yang sudah saya highlight. Semoga bisa menjadi pembelajaran dan pengingat akan kebijaksanaan-kebijaksanaan hidup yang telah disampaikan oleh buku ini.
"Dia memiliki keunggulan yang luar biasa dalam hal mental dan moral berkat sistem pendidikan zaman Victoria yang ketat, yang akhir-akhir ini kurang dihargai---dia merasa telah melaksanakan tugasnya dengan baik, sesuai panggilan hidup yang disediakan baginya. Itulah sebabnya dia begitu tenang dan yakin, sama sekali tak terpengaruh oleh iri hati, kecewa, atau sesal." ---halaman 189
"Siapa pun wajib melunasi utang-utangnya." ---halaman 199
"Menyandarkan hidup kita pada suatu kedustaan bukanlah tindakan bijaksana sebab entah kapan kedustaan itu pasti akan tersingkap. ---halaman 301"'Apa maksud semua omong kosong ini?' desak Miss Williams.'Untuk menunjukkan bahwa dengan mata hatilah sesungguhnya orang melihat...'" ---halaman 312
At last, saya beri 4 dari 5 bintang. I really liked it ⭐⭐⭐⭐
NB: Berikut irama sajak anak-anak Five Little Pigs yang menjadi judul buku ini.
0 Comments:
Posting Komentar