Identitas Buku
Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela • Copyright © 1981 by Tetsuko Kuroyanagi • Gramedia Pustaka Utama • Edisi Bahasa Indonesia, Cetakan ketiga puluh dua, Mei 2024, 296 halaman, 20 cm • Alih bahasa: Widya Kirana
Review
Saya benar-benar tidak tahu kalau buku ini adalah sebuah memoar 🙈. Memoar untuk mengenang seorang kepala sekolah bernama Sosaku Kobayashi.
Mr. Kobayashi adalah kepala sekolah Tomoe Gakuen. Sebuah sekolah dasar yang menjalankan sistem pendidikan yang berbeda dari sekolah-sekolah lainnya.
Ruang-ruang kelas di Tomoe Gakuen adalah gerbong kereta. Seragam sekolah para murid adalah pakaian paling lusuh yang mereka punya agar mereka bebas berkegiatan tanpa takut dimarahi karena pakaian bagus mereka kotor atau robek. Mereka membawa bekal yang harus mengandung sesuatu dari gunung dan juga sesuatu dari laut. Para murid juga bebas mengawali kegiatan belajar dengan memilih mata pelajaran yang paling mereka suka lebih dulu. Ya itu hanyalah beberapa keunikan cara belajar di Tomoe Gakuen, masih banyak lagi yang lainnya.
Memoar ini menceritakan bagaimana metode pendidikan Mr. Kobayashi lewat keseharian Totto-Chan, seorang murid kelas 1 yang senang bercerita dan punya keingintahuan yang besar. Guru-guru di sekolah lama Totto-Chan menganggap Totto-Chan nakal sehingga dia dikeluarkan dari sekolah, tapi tidak dengan Mr. Kobayashi.
Mr. Kobayashi sangat mencintai dan memahami anak-anak. Dia yakin semua anak dilahirkan dengan watak baik dan dia ingin menemukan dan mengembangkan watak baik itu.
Salah satunya adalah dengan satu kalimat sakti yang berulang-ulang beliau sampaikan kepada Totto-Chan. Sang Kepala Sekolah berhasil merubah Totto-Chan menjadi anak baik yang mungkin tidak akan dikenali lagi oleh guru-guru Totto-Chan di sekolahnya yang lama.
Selain Mr. Kobayashi, ada juga tokoh Mama Totto-Chan yang membuat saya kagum akan kesabaran dan kebijaksanaan beliau dalam menghadapi tingkah laku dan keingintahuan Totto-Chan yang kelewat besar dan cenderung melukai dirinya sendiri.
Dengan setting cerita di Tokyo saat sekitar pecahnya Perang Pasifik dan Perang Dunia II, ada sebuah tempat dan saat di mana murid-murid Tomoe Gakuen masih merasa aman dalam menjalani aktivitas-aktivitas sekolah yang unik dan seru sebelum perang merenggut itu semua. Sangat menghibur, menghangatkan hati, sedikit bittersweet dan penuh pesan moral.
Ngomong-ngomong, awalnya saya heran saat menemukan buku ini di daftar rekomendasi buku untuk tantangan #bacabukugpu bulan Januari dengan tema “buku yang membawamu dalam perjalanan waktu”. Karena pada awalnya, saya mengira Totto-Chan adalah buku fiksi anak dengan setting waktu kekinian 🙈 dan sepertinya buku ini bukan buku science fiction yang tokoh-tokohnya melakukan perjalanan waktu betulan.
Setelah selesai membacanya barulah, saya paham dan bisa merasakan “perjalanan waktu”-nya. Beberapa scene-nya bahkan mengingatkan saya pada momen-momen yang hampir terlupa saat saya masih kecil. Salah satunya adalah saat saya membaca kalimat “gerobak sampah yang ditarik sapi”. Whoaaa…saya langsung teringat gerobak kayu bakar yang ditarik sapi yang sering lalu lalang sewaktu saya masih kanak-kanak dulu. Jadi kangen sama si sapi, *eh*.
Ngomong-ngomong lagi, buku ini pertama kali diterbitkan tahun 1981. Sudah kurang lebih 44 tahun ya. Penulusuran saya di Google mengatakan saat ini Tetsuko Kuroyanagi sendiri sudah berusia 91 tahun dan masih aktif di IG. Keren 😍.
At last, saya beri 5 dari 5 bintang untuk buku ini. Sebuah buku yang juga berfungsi sebagai referensi mengenai betapa pentingnya mencintai dan mengenali anak untuk pendidikan mereka. Buku ini saya rekomendasikan untuk berada di dalam koleksi pribadi kalian. It was amazing ⭐⭐⭐⭐⭐
Submitted for:
1. Around The World Reading Challenge 2025
2. #BacaBukuGPU
Tema Januari: Buku yang membawamu dalam perjalanan waktu
0 Comments:
Posting Komentar