***
2021 sudah memasuki bulan Februari dan saya baru saja membuat 2020 in Books, ehehehe, *selfkeplak*. Yeap, alih-alih membuat Book Kaleidoscope seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini saya memutuskan untuk membuat Year in Books saja untuk merangkum reading record saya selama tahun 2020.
Irabooklover's 2020 in Books...
Jadi ya saya berhasil membaca 39 buku di tahun 2020. Dimana berdasarkan data dari Goodreads, buku tertipis yang saya baca adalah Ini Dia Si Paling Badung by Enid Blyton (96 halaman) dan buku tertebal yang saya baca adalah buku Crooked Kingdom by Leigh Bardugo (724 halaman).
Masih dari Goodreads, buku paling populer yang saya baca adalah Animal Farm by George Orwell. Ada 4.107.785 Goodreaders yang menambahkan buku ini di rak mereka.
Menurut saya, Animal Farm memang sangat layak menjadi buku terpopuler karena satire yang ada di dalamnya ibarat sebuah kebenaran universal meskipun pahit, *uhuk*.
Lanjut, buku yang pertama kali saya baca diawal tahun adalah buku Escape Please by Rindang Yuliani dan buku terakhir yang saya baca di tahun 2020 adalah Pintu Waktu by Pierdomenico Baccalario.
Yang kepo sama 2020 in Books saya selengkapnya bisa dicek di Ira's Year in Books | Goodreads.
Kemudian saatnya untuk memilih buku yang ter..ter.. menurut versi saya. Cekidot.
Top Three Best Book Covers...
Orang bilang jangan menilai buku dari sampulnya. Itu benar. Tapi kalau buku cakep punya sampul yang cakep kan lebih bagus lagi, ehehehe.
Mencari cover favorit di antara 39 buku tidak terlalu sulit. Tahun lalu ada beberapa buku yang tulus saya beli karena kecakepan sampulnya doang bahkan tanpa membaca blurbnya dulu.
So, langsung saja, Top Three Best Book Covers versi saya jatuh kepada...
1. Magic By The Mouthful dan Magic in The Mix by Kathryn Littlewood
Sudah bukan rahasia lagi kalau cover-cover dari seri The Bliss Bakery ini pada cakep-cakep semua. Warna birunya cantik sekali, ditambah dengan latar belakang toko kue yang menggugah selera, hmmm, yummmy...
2. The Curiosity House Series by Lauren Oliver and H.C. Chester
Nah, ini dia buku yang saya beli karena jatuh cinta sama covernya. Saya bahkan tak tahu ceritanya tentang apa. Tapi covernya menjanjikan cerita fantasi yang menarik.
Dan syukurlah, cover tidak mengkhianati isi. Saya suka sekali dengan The Curiosity House series. Meskipun suram, tapi ceritanya seru. Saya bahkan sedih karena harus berpisah dengan petualangan 4 anak ajaib itu. Keren!!!
3. Pintu Waktu by Pierdomenico Baccalario
Top Three Most Favourite Books...
Diantara 39 buku yang saya baca tahun lalu, memilih buku terfavorit selalu menjadi yang tersulit. Saya pembaca buku-buku populer yang kebanyakan memang bagus-bagus semua.
Lagipula, saya selalu memberi rating minimal 3 untuk setiap buku yang saya baca dengan alasan tidak ingin cari rusuh tega sama pengarang dan juga penerbitnya. Jadi saya tidak bisa mempercayai rating yang saya berikan sendiri, hahha, *dikeplakmasa*.
Jadi, setelah melototin ke 39 buku tersebut, akhirnya saya memutuskan Top Three Most Favourite Books saya jatuh kepada...
Salah satu sisi positif ikutan reading challenge bagi saya adalah bisa berjodoh dengan buku bagus diluar wishlist. Yeap buku Teh dan Pengkhianat saya baca karena ikut reading challenge dari Komunitas Goodreads Indonesia dengan tema "Buku yang mendapat penghargaan di tahun 2019".
Setelah browsing sana-sini untuk mencari buku apa saja yang mendapat penghargaan di tahun 2019, akhirnya saya jatuh hati dengan buku ini. Saya sampai bela-belain beli versi ebooknya di Play Store saking tak sabarnya kepingin baca.
Dan syukurlah ternyata saya tak salah pilih. Bukunya bagus banget. Latar cerita zaman kolonialnya benar-benar membuat saya merasa seakan berada di zaman itu sendiri. Pesan moralnya yang disampaikan bagus-bagus sampai membuat saya ngangguk-ngangguk. Bahkan sindirannya terhadap mental bangsa Indonesia terasa pas menohok meskipun pahit.
Dan bonusnya, saya berhasil memenangkan reading challenge di bulan itu dan berhasil mendapatkan 1 buntelan gratis dari Komunitas Goodreads Indonesia. Alhamdulillah \^_^/
Menemukan buku sepopuler Animal Farm di rak perpustakaan daerah terasa seperti menemukan harta tersembunyi. Saya meminjam buku ini murni karena buku ini populer tanpa tahu isinya tentang apa.
Dan setelah membacanya saya jadi nyesek saking bagusnya, *lebay*. Saya sempat terkena book hangover karena kepikiran terus sama satire yang disampaikan oleh buku ini.
Meskipun sindirannya ditujukan kepada totaliterisme Uni Soviet di masa Perang Dunia II, tapi saya rasa sindiran itu masih relevan dengan keadaan sekarang. Di mana para penguasa begitu terlena dengan kekuasaan sehingga sanggup melakukan cara apapun untuk mempertahankannya. Dimana para rakyat "tidak bisa membaca" sehingga begitu gampang dimanipulasi sementara yang "bisa membaca" diam saja karena sudah terlalu lelah melihat sejarah buruk yang terus berulang kembali.
Saya tahu kalau Pollyanna adalah buku klasik anak populer tapi tidak pernah tertarik untuk membacanya. IMO, covernya tidak terlalu menarik minat, *eh*, *sungkem sama ilustrator dan penerbitnya"
Tetapi setelah membaca post rekomendasi dari sesama blogger buku (big hug untuk Mbak Thessa), saya jadi kepingin membaca Pollyanna karena kata Mbak Thessa, Pollyanna punya permainan yang bisa membuat kita selalu merasa gembira. Nah, kebetulan saat itu saya benar-benar memerlukan perasaan gembira.
Dan saking bagusnya ceritanya, saya bisa menyelesaikannya sekali duduk lengkap dengan tetesan air mata dan perasaan hangat di hati, *lebay part 2*. Strong recommended deh Pollyanna ini. Tersedia di iPusnas lagi. Keren!!!
***
Oke, sekian 2020 in Books saya. Semoga tahun depan bisa membuat Year in Books yang panjangan dikit seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan semoga tahun ini saya bisa membaca lebih banyak buku dan mendokumentasikannya reading record-nya dengan lebih baik dan lebih lengkap lagi.
At last, see you on my next post, bye!!! \^_^/