Bismillahirrahmanirrahim
***
Judul: Idrus A. Paturusi Dokter Di Medan Lara | Penulis: Sili Suli, Hurri Hasan | Penerbit: Arti Bumi Intaran | Edisi: Bahasa Indonesia, Cetakan I, Maret 2020, xvi + 354 halaman; 22 x 30 cm | Status: Owned book (gratis, banyak terima kasih untuk Mas Sili Suli) | Rating saya: 4 dari 5 bintang
***
Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B, Sp.BO....
Siapa itu Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B, Sp.BO? Saya sama sekali tidak tahu. Namun buku ini mengenalkan saya kepada sosok beliau yang ternyata adalah salah seorang dokter terhebat yang dimiliki oleh Indonesia.Beliau dikenal sebagai dokter yang sudah berkali-kali ikut dalam misi kemanusiaan. Menolong para korban yang membutuhkan pertolongan medis di daerah-daerah yang tertimpa bencana dan konflik baik di dalam maupun di luar negeri.
Patuh pada nasihat orang tua...
Dibesarkan di dalam keluarga keturunan bangsawan dengan ayah yang berprofesi sebagai seorang tentara, pernah selamat dari dua peristiwa yang nyaris merenggut nyawa, sering berpindah-pindah sekolah karena profesi ayahnya, belajar berbagai ilmu bela diri sampai menjadi jawara berkelahi di sekolah.
Semua hal itu mungkin membuat Prof. Idrus muda tidak mengenal takut yang nantinya berimbas kepada keberaniannya untuk terjun ke wilayah bencana dan konflik demi misi kemanusiaan . Namun, satu yang menurut saya sangat luar biasa adalah, untuk ukuran anak sekolah yang mendapat gelar jawara berkelahi, beliau ini ternyata sangat patuh pada nasihat orang tua.
Pun ketika sang ibunda memiliki impian yang berbeda dengan putra sulungnya ini. Setelah lulus SMA, Prof. Idrus muda memiliki impian untuk menjadi insinyur dengan melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sedangkan Ibunda ingin anaknya menjadi dokter dengan melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran UNHAS.
Berkat doa sang ibu, jalan Prof. Idrus muda untuk kuliah di Fakultas Kedokteran berlangsung mulus. Beliau berhasil menyelesaikan pendidikannya tepat waktu meskipun juga sambil berperan aktif sebagai aktivis kampus semasa kuliah. Doa ibu untuk anaknya memang benar-benar hebat ya.
Semua hal itu mungkin membuat Prof. Idrus muda tidak mengenal takut yang nantinya berimbas kepada keberaniannya untuk terjun ke wilayah bencana dan konflik demi misi kemanusiaan . Namun, satu yang menurut saya sangat luar biasa adalah, untuk ukuran anak sekolah yang mendapat gelar jawara berkelahi, beliau ini ternyata sangat patuh pada nasihat orang tua.
Sebagai penyandang gelar jenggo, tentu saja Idrus-lah yang paling banyak mendapat wejangan panjang lebar dari guru-gurunya yang bernama Agus Gandeng dan Anton Rampo. Sejak itu, Idrus tak pernah lagi mau berkelahi di sekolah. ---hlm 9
Pun ketika sang ibunda memiliki impian yang berbeda dengan putra sulungnya ini. Setelah lulus SMA, Prof. Idrus muda memiliki impian untuk menjadi insinyur dengan melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sedangkan Ibunda ingin anaknya menjadi dokter dengan melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran UNHAS.
Meski demikian, Sit Hasnah tak langsung menolak keinginan Idrus. Sebaliknya dia memberikan dukungan dan restunya kepada si sulung untuk mewujudkan cita-citanya, menjadi insinyur: tapi dengan catatan. Idrus dibolehkan pergi di Bandung untuk ikut tes masuk di ITB, bila terlebih dahulu ikut tes masuk di Fakultas Kedokteran UNHAS. ---hlm 14
...untuk memenuhi permintaan sang ibu, Idrus langsung mengurus berkas untuk pendaftaran masuk ke Fakultas Kedokteran UNHAS,...----hlm 14
Berkat doa sang ibu, jalan Prof. Idrus muda untuk kuliah di Fakultas Kedokteran berlangsung mulus. Beliau berhasil menyelesaikan pendidikannya tepat waktu meskipun juga sambil berperan aktif sebagai aktivis kampus semasa kuliah. Doa ibu untuk anaknya memang benar-benar hebat ya.
Menjalani Misi Kemanusiaan....
Karirnya sebagai dokter memungkinkan Prof. Idrus untuk turut serta dalam berbagai misi kemanusian beserta berbagai tim medis penanggulangan bencana, salah satunya adalah tim medis bentukannya, Brigade Siaga Bencana Indonesia Timur (BSBIT).Tim medis penanggulangan bencana ini selalu bergerak cepat jika mendengar ada bencana atau konflik di suatu daerah. Sebut saja Ende, Toli-Toli, dan Bengkulu yang dilanda gempa. Ambon dan Ternate dengan perang saudaranya. Timor-Timur dengan bentrokan berdarahnya. Aceh dengan gempa dan tsunaminya. Perbatasan Pakistan dan Afganistan dengan perangnya. Dan masih banyak lagi.
Segala keterbatasan dan bahaya yang ada di daerah konflik dan bencana tidak menghalangi Prof. Idrus dan tim medisnya untuk menolong korban-korban yang membutuhkan pertolongan medis. Kisah-kisah pengalaman mereka benar-benar menginspirasi.
Kalau niat kita berbuat baik, in Shaa Allah akan selalu ada jalannya --- hlm 180
Prof. Idrus meyakini bahwa setiap bencana memberikan hikmah dan nasihat secara tidak langsung kepada umat manusia. Dan nasihat yang paling penting dalam setiap bencana alam adalah bantulah sebanyak mungkin orang yang menjadi korban bencana alam selama kesempatan menolong itu masih ada. ---hlm 313
Karir di bidang struktural.....
Selain dikenal sebagai dokter di medan lara, Prof. Idrus juga dikenal sebagai Rektor UNHAS. Banyak terobosan baru yang beliau lakukan untuk UNHAS. Kebanyakan sangat berani, sebut saja misalnya pemotongan biaya kuliah untuk mahasiswa fakultas kedokteran. Ini keren sekali. Untuk saya pribadi, pemotongan biaya kuliah ini sangat berarti.Selain sebagai rektor, Prof. Idrus juga sering diberi amanah untuk menjadi ketua diberbagai organisasi baik di dalam maupun di luar negeri.
At last...
Buku ini sangat bagus. Sungguh! Meskipun tampilan fisiknya lumayan mengintimidasi saya dengan bobotnya yang lumayan berat dan ukuran yang cukup besar. Belum lagi dengan kertas kualitas premiumnya dan satu halaman yang dibagi menjadi dua kolom.
Tetapi buku ini sangat ringan untuk dibaca. Banyak kata-kata motivasi di dalamnya. Kisahnya juga sangat menginspirasi. Saya sampai bingung mau menulis apa lagi, hahhah. Pokoknya kalian juga harus membacanya. Harus!!!
At last, saya merasa sangat beruntung sekali karena bisa "berjodoh" dengan buku ini. Saya beri 4 dari 5 bintang. I really liked it.
***
Alhamdulillah