Artemis Fowl and The Eternity Code #BookReview
irabooklover Agustus 02, 2019 Artemis Fowl, Book Review, Eoin Colfer, Fantasy, Gramedia Pustaka Utama, Review 2019 No comments
***
C Cube dirampas si pengusaha dan disimpan di ruangan dengan pengamanan maksimum. Satu-satunya cara adalah meminta bantuan peri. Mereka setuju tapi dengan satu syarat: segala ingatan Artemis tentang Kaum Peri harus dihapus.
My Review:
Kalau di buku pertama, masalah dimulai gara-gara Artemis cari gara-gara dengan para peri. Di buku kedua, para peri yang cari gara-gara dengan Artemis. Di buku ketiga ini, giliran Artemis lagi yang cari gara-gara dengan para peri.
Artemis membuat sebuah komputer bernama C Cube dengan menggunakan teknologi para peri. Sayangnya, komputer ini terlalu canggih, dan sayangnya lagi, Artemis memamerkannya ke orang yang salah.
Orang tersebut super kaya dan juga super licik. Dia berhasil merebut komputer tersebut dari Artemis dan menyimpannya di ruangan dengan pengamanan super.
Tidak ada jalan lain, Artemis pun meminta bantuan para peri. Sayangnya, para peri mau membantu tapi dengan syarat yang sangat berat untuk bisa diterima oleh Artemis.
Oke, ini adalah buku ketiga petualangan Artemis, si bocah laki-laki super jenius dan super kaya, arogan, tapi sebenarnya baik, hihihi. Jadi kali ini Artemis kembali berpetualang bersama para peri. Dia terpaksa meminta bantuan para peri karena baik nyawanya maupun nyawa Butler, pengawalnya, terancam.
Pengusaha yang menjadi saingan Artemis sangat licik. Tapi Artemis lebih jenius dan Butler lebih siaga daripada yang pengusaha itu kira. Butler berhasil melindungi Artemis dan Artemis berhasil melindungi komputer C Cube nya dengan sebuah sandi yang disebut sebagai sandi abadi.
Nah..nah seperti apakah sandi abadi ini? Yang pasti, hanya Artemis yang bisa memecahkannya. Dan gara-gara ini, si pengusaha menginginkan Artemis ditangkap hidup-hidup.
Bersama para peri, Artemis memainkan sebuah permainan untuk mengalahkan si pengusaha licik. Berhasilkah? Silakan baca sendiri bukunya, hohoho.
Seru bukunya. Hanya saja kejeniusan Artemis membuat otak saya sedikit lemot, haha. Ada banyak istilah canggih yang kurang familiar di kepala saya. Tapi, it's ok.
Asiknya, buku ini membuat saya tidak sabar untuk membaca buku selanjutnya yang berjudul Muslihat Opal. Nah lo, mau ngapain lagi yak si Opal ini?
So, menyenangkan sekali membaca buku ini. Benar-benar my cup of tea. Saking senangnya, saya bahkan malas mengambil post-it untuk ditempelkan ke kutipan-kutipan favorit saya di buku ini. Alhasil saya jadi lupa di mana letaknya, hiks. At last, 4 dari 5 bintang untuk petualangan Artemis Fowl kali ini. I really liked it.
Tommy Si Pengadu dan Cerita-Cerita Lain by Enid Blyton #BookReview #BacaBukuPerpus
irabooklover Juli 31, 2019 #bacabukuperpus, Book Review, Children, Enid Blyton, Gramedia Pustaka Utama, Share Link FBB 16 comments
Awalnya, ketika akan meminjam buku ini di iPusnas, saya berasumsi bahwa saya bakalan jenuh dengan cerita-cerita dari Seri Kumbang. Secara ini sudah buku keempat. Tapi ternyata saya salah. Buku ini kembali membuat saya terpukau dengan cerita-cerita klasiknya yang begitu indah dan sarat pesan moral.
Ada tujuh cerita yang semakin lama semakin bagus saja. Ketujuh cerita itu adalah:
- Gara-gara Uangnya Terbang
- Terompet Mobil Idaman
- Krak! Krak! Krak!
- Bila Mainan Marah
- Tommy Si Pengadu
- Tempat Tidur Berjalan
- Binky Si Tukang Pinjam
Di cerita Gara-gara Uangnya Terbang, ada seorang anak laki-laki bernama Willy yang pemalas. Dia tidak suka bermain di luar bersama teman-temannya. Tubuhnya jadi gendut dan wajahnya pun jadi pucat.
Teman-temannya sudah lelah mengajak Willy untuk bermain bersama. Mereka sudah mengiming-imingi Willy akan keindahan hutan, asiknya memetik buah berry, mendengar kicauan burung, segarnya bermain di sungai yang jernih, serta cantiknya padang bunga mangkokan. Tapi Willy tetap keras kepala.
Sampai pada suatu hari, angin menerbangkan uang Willy yang ia letakkan di dekat jendela. Willy pun sontak mengejar uangnya. Angin menerbangkan uang Willy ke arah hutan. Nah..nah, apakah Willy akan tetap mengejar uangnya? Karena sebelumnya dia belum pernah pergi sejauh itu. Kalau ya, berarti ini pertama kalinya Willy masuk ke hutan.
Haduh, saya suka sekali membaca kisah Willy ini. Terutama di bagian tentang keindahan hutannya. Hiks, saya jadi kepingin main ke sana.
Btw, ironis sekali ya. Saya tinggal di Pulau Kalimantan yang terkenal terkenal dengan hutannya. Tapi saya belum pernah bermain-main di hutan, *eh*. Mungkin ini karena di pikiran saya, hutan hujan tropis macam hutan di Kalimantan ini sedikit berbahaya, *efek habis nonton film Anakonda*. Tapi yang pasti saya tinggal di bagian Pulau Kalimantan yang tidak ada hutannya, haha. Daerah tempat saya tinggal didominasi oleh tanah rawa dan sungai-sungai besar.
Oke kembali ke Seri Kumbang. Kisah Willy tadi saya rasa cocok untuk anak-anak jaman sekarang yang sepertinya sudah jarang main di luar. Beruntung anak-anak di jaman Willy ini masih punya tempat bermain alami yang luas, berudara segar, aman, dan memiliki pemandangan alam yang indah. Untuk anak-anak jaman sekarang, apalagi yang tinggal di perkotaan, saya rasa harus perlu sedikit bersusah payah untuk bisa bermain-main di alam terbuka dengan mengunjungi tempat wisata alam.
Lanjut ke cerita Terompet Mobil Idaman. Di kisah ini ada anak laki-laki bernama Jack yang ingin membeli terompet mobil untuk mobil-mobilannya. Sayang harganya cukup mahal sehingga ayah dan ibunya tidak bisa membelikannya. Jack pun berinisiatif untuk mencari uang sendiri dengan menggunakan mobil-mobilannya yang bisa berjalan dengan cara dikayuh. Jack berkeliling kota menawarkan bantuan ke para tetangga. Entah itu untuk mengantarkan paket, mengambil cucian dan sebagainya. Namun dihari pertama, Jack sudah merasa lelah. Kakinya penat karena mengayuh pedal mobil-mobilan. Uang yang dikumpulkannya pun belum cukup untuk membeli terompet. Nah..nah..bagaimana kelanjutannya ya? Apakah Jack akan menyerah? Atau tetap semangat mencari uang untuk membeli si terompet idaman?
Cerita berikutnya berjudul Krak! Krak! Krak! Di kisah ini ada anak bernama Peter yang tidak patuh pada nasihat orang dewasa. Ketidakpatuhannya ini ternyata berakibat sangat fatal dan nyaris membahayakan nyawa orang. Apakah ada anak di sekitar kalian yang sangat sulit diberi nasihat? Nah, bacakanlah kisah Peter. Mungkin bisa membuatnya sadar dan berubah menjadi anak yang manis seperti Peter nantinya.
Kisah berikutnya berjudul Bila Mainan Marah. Di sini ada anak perempuan bernama Eileen yang punya banyak sekali mainan. Sayang, Eileen egois dan pelit untuk berbagi. Cerita Eileen ini dapat mengajarkan anak-anak untuk lebih dermawan. Bagaimana caranya? Agak sedikit tidak masuk akal sih, hahhah, tapi saya rasa ini bisa menjadi ide bagi para orang tua untuk membuat anaknya yang terlanjur egois dan pelit agar bisa menjadi anak yang baik dan dermawan.
Cerita berikutnya adalah Tommy Si Pengadu. Nah, ini dia cerita yang menjadi highlight-nya. Well..well..well, si Tommy ini ceritanya benar-benar pengadu. Padahal yang diadukannya itu tidaklah benar. Jadi selain pengadu, dia juga pembohong. Bagaimana cara membuat Tommy jera ya? Cuss, silakan langsung baca bukunya XD
Dua cerita terakhir yang berjudul Tempat Tidur Berjalan dan Binky Si Tukang Pinjam menurut saya menyampaikan pesan moral yang mirip dengan kisah-kisah sebelumnya, yaitu membuat jera orang-orang yang mempunyai sifat buruk. Tempat Tidur Berjalan membuat jera orang yang suka terlambat bangun tidur, dan cerita Binky Si Tukang Pinjam membuat jera Binky, yang suka meminjam barang milik orang lain, tapi selalu lupa mengembalikannya.
At last, saya masih suka dengan Seri Kumbang dan masih semangat untuk membaca buku kelimanya. So, 4 dari 5 bintang untuk buku ini. I really liked it.
NB:
Kutipan favorit:
Tidak menyalahgunakan kepercayaan orang bukan berarti sok baik, dan mematuhi perintah bukan berarti penakut --- Tommy Si Pengadu dan cerita-cerita lain, hlm 69
Baca juga:
Seri Kumbang #1: Si Babi Ungu dan cerita-cerita lain
Seri Kumbang #2: Si Gadis Penakut dan cerita-cerita lain
Seri Kumbang #3: Monyet Mike dan cerita-cerita lain
Dongeng Dunia Terbaik by Angga Priatna dan Mira Yustika #BookReview #BacaBukuPerpus
irabooklover Juli 30, 2019 #bacabukuperpus, Angga Priatna, Book Review, Children, Gradien Mediatama, Mira Yustika No comments
Blurb:
Setiap negeri memiliki dongeng tersendiri yang menakjubkan. Sebutlah Andorra, salah satu negara di Eropa. Di sana ada cerita tentang Anansi, sang pemimpi. Di balik gunung-gunung megah negeri Tiongkok, ada juga si Si Rambut Panjang yang baik hati. Di Semenanjung Korea dengan perbukitan dan lembahnya yang indah, hidup Haesik dan Dalsun. Anak-anak berhati emas yang begitu disayang Tuhan. Hangatnya hati si cantik Basilisa bahkan telah mencairkan kebekuan alam Rusia. Atau, membayangkan gadis pekerja keras dari Finlandia, Nastai, yang tak jemu menjelajahi sudut-sudut hutan pinus untuk mencari hewan buruan. Dari berbagai cerita itu banyak sekali hal baik yang bisa dijadikan pembelajaran. Tentang semangat untuk terus belajar, sikap pantang menyerah, sopan-santun, serta keikhlasan menolong tanpa pandang bulu. Dengan ilustrasi dan warna yang menarik, kisah teman-teman dari berbagai negeri itu menjadi semakin hidup. Yuk, segera temukan cerita seru lainnya.
My Review:
Dongeng yang ada di buku ini jumlahnya banyak sekali, ada 26 buah. Puas banget bacanya. Apalagi ceritanya dari seluruh dunia. Jadi berasa kayak jalan-jalan gitu, hohoho.
Ada beberapa dongeng terkenal yang nyelip di kumpulan dongeng ini, seperti Peniup Seruling dari Hamelin. Btw, sampai sekarang, saya masih sedikit takut kalau membaca cerita peniup seruling ini. Sebuah cerita yang bagus untuk mengingatkan kita agar jangan sampai menjadi orang yang mengingkari janji.
Dongeng yang paling saya suka adalah yang judulnya Kura-Kura Pemarah. Pesan yang disampaikan oleh cerita ini keren. Yaitu agar kita jangan menjadi orang yang pemarah karena nanti bisa rugi sendiri.
Terus ada juga dongeng serupa yang berjudul Jangan Memaki. Isi pesannya kurang lebih sama dengan cerita Kura-Kura. Ingatkan ya agar kita jangan menjadi orang yang suka memaki. Karena kalau orang yang sering kita maki itu marah, kita sendiri nanti yang repot.
Terus ada juga dongeng yang berjudul Surga Dunia. Dongeng ini kurang lebih menyampaikan pesan yang sama dengan dongeng yang berjudul Jangan Bermain-main dengan Angin. Pesan tersebut adalah jangan berlebih-lebihan dalam menyikapi segala sesuatu. Karena bencanalah yang akan datang, bukan kebaikan.
At last, ada masih banyak lagi dongeng di buku ini dengan pesan moralnya masing-masing. Saya cukup suka, so, saya beri 3 dari 5 bintang untuk buku ini. I liked it.
Disney Princess Cinderella: Bahagia Selamanya #BookReview #BacaBukuPerpus
irabooklover Juli 29, 2019 #bacabukuperpus, Children, Gramedia Pustaka Utama No comments
Blurb:
Kau sudah menonton film Cinderella dan menyaksikan perjuangannya untuk menemukan pangerannya?
Kisah Cindrella tidak berakhir di situ lho! Ia masih harus menyiapkan pernikahan kerajaan yang penuh aturan dan menghadapi nenek Pangeran yang tampaknya tidak menyukainya. Ia kerepotan mencari teman-teman tikusnya yang dibuang pelayan istana. Ia bahkan perlu menyamar sebagai pelayan untuk mendapatkan kepercayaan staf istana!
Betulkah Cinderella hidup bahagia selamanya setelah menikah dengan Pangeran?
My Review:
Rasa-rasanya ini adalah buku movie into book pertama yang saya baca. Biasanya saya membaca buku yang diadaptasi menjadi film. Dan biasanya, ada beberapa adegan di buku yang tidak ada di dalam versi filmnya.
Nah, sekarang saya baru tahu kalau ternyata versi movie into book juga seperti itu, ada adegan di film yang tidak ada di buku. Ironisnya, di sampul buku ini, ada tulisan "Kisah Lengkap Cinderella Sebelum dan Sesudah Pernikahan!".
Hiks, saya jadi bingung. Secara saya sudah berulang kali menonton film animasi Cinderella. Jadi, sedikit banyak, saya tahu ada beberapa adegan di film itu yang tidak ada di buku ini.
Tapi, whatever lah, ini bukan masalah besar sih, hahhah. Karena setelah chapter pertama yang mengisahkan cerita seperti yang ada di film animasi itu, ada 5 chapter lagi yang menyambung kisah Cinderella pasca ditemukannya ia sebagai gadis pemilik si sepatu kaca. Cerita-cerita ini lebih dari cukup untuk menggantikan adegan-adegan yang hilang di chapter movie tadi.
So, kelima chapter itu mengisahkan tentang pesta pernikahan Cinderella. Kemudian ada cerita tentang Cinderella yang mencari teman-teman tikusnya yang menghilang setelah dia tinggal di istana. Kemudian ada cerita tentang Cinderella yang menyamar menjadi pelayan. Terus ada cerita tentang Cinderella yang bertemu dengan nenek Pangeran. Terakhir, ada cerita tentang Cinderella yang bertemu dengan sepupu pangeran yang ternyata juga punya teman tikus.
Cerita, ilustrasi, dan pesan moral yang dibawakan oleh dongeng-dongeng yang ada di buku ini sangat indah. Kalau saya masih kecil, saya pasti kepingin mengoleksi buku dongeng seri ini. Soalnya saya adalah penggemar cerita putri-putri macam begini. Sejak masih anak-anak sampai sekarang, hihihi.
At last, sepertinya perpustakaan daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara masih punya beberapa koleksi buku dongeng princess ini. Saya jadi tak sabar pengin kesana lagi dan meminjam buku-buku princess lainnya. So, 3 dari 5 bintang untuk Cinderella - Bahagia Selamanya. I liked it.
Princess Shalehah 2 by Dian K. dan Ina Inong #BookReview #BacaBukuPerpus
irabooklover Juli 29, 2019 #bacabukuperpus, Book Review, Dian K., Ina Inong, Qibla No comments
Inilah salah satu dukanya kalau saya ingin meminjam buku di perpustakaan umum. Ada buku yang berjudul Princess Shalihah 2, tapi tak ada buku yang berjudul Princess Shalihah 1. Entah saya yang kurang teliti mencari atau bukunya memang sedang dipinjam. Tapi tak apalah karena bukunya berjenis stand alone, jadi bisa dibaca tanpa berurutan. Dan entah kenapa waktu itu saya lupa menceknya di mesin pencari di komputer yang disediakan oleh pihak perpustakaan, wkwkwk.
Ada cerita Princess Aanisah dan Lebah Madu, Princess Diinah dan Batu Pusaka Kerajaan, Princess Fathiinah dan Kitab Akhir Zaman, Princess Ghaadah dan Anak Seorang Perampok, Princess Hafiizah dan Kekuatan Doa, Princess Halimah dan Laila yang Iri Hati, Princess Hasanah dan Kotak Musik Malaikat, Princess Najdah dan Kejadian di Pasar, Princess Sajiidah dan Gadis Penjual Bunga, serta Princess Taqiyyah dan Penunda Rizki.
Favorit saya adalah cerita Princess Fathiinah dan Kitab Akhir Zaman karena nama putrinya sama dengan nama anak saya, hihihi. Pesan yang disampaikan ceritanya juga bagus, yaitu mengajarkan anak-anak untuk membaca AlQuran.
Kemudian, saya juga suka cerita Princess Sajiidah dan Gadis Penjual Bunga. Lagi-lagi saya menemukan pesan tentang mengapa kita harus bersikap ramah kepada orang lain. Sesuatu yang masih sulit untuk saya lakukan, terutama kalau lawan bicara kita yang jutek duluan, hahhah.
Cerita tentang Princess Taqiyyah dan Penunda Rizki juga bagus. Mengajarkan kita untuk tidak menunda-nunda salat.
Ngomong-ngomong, setiap nama putri sepertinya mengandung arti yang melambangkan sifat-sifat baik. Sayang pengetahuan bahasa Arab saya kurang, sehingga kata-kata umum yang menjadi nama putri di atas pun ada saya tidak tahu artinya, *tutup muka pakai bantal*.
At last, saya cukup suka dengan buku ini. Ini buku princess islami pertama yang saya baca. Btw, ngomong-ngomong, princess itu bahasa Arabnya apa yak? Mungkin untuk selanjutnya bisa digunakan kata princess dalam bahasa Arab agar kita lebih familiar dengan kosakata bahasa Arab. So, 3 dari 5 bintang untuk buku ini. I liked it.
Scene On Three #58: Bersikap Ramah? Tidak Ada Ruginya! #ArtemisFowldanSandiAbadi
irabooklover Juli 23, 2019 Non Review, Scene on Three, Share Link FBB 16 comments
Pramusaji mendekat, melontarkan senyum memesona kepada mereka.
"Halo, anak muda. Kau mau melihat menu anak-anak?"
Pembuluh darah di kening Artemis berdenyut denyut. "Tidak, Mademoiselle, aku tidak ingin melihat menu anak-anak. Aku yakin menu anak-anak itu sendiri rasanya lebih lezat daripada hidangan yang tercantum di sana. Aku ingin memesan a la carte. Kecuali kalian memang tidak menghidangkan ikan kepada orang yang belum cukup umur?"
Senyum pramusaji itu lenyap. Kosakata Artemis memang punya pengaruh seperti itu pada sebagian besar orang.
Butler memutar bola mata. Dan tadi Artemis bertanya-tanya siapa yang bakal punya keinginan membunuhnya. Daftar bisa dimulai dengan sebagian besar pramusaji dan penjahit di Eropa.
"Ya, Sir," gagap pramusaji yang sial itu. 'Apa pun yang Anda inginkan."
(Artemis Fowl dan Sandi Abadi, hlm. 13)
"Kau akan tenar di acara dansa sekolah, " komentar Butler.
"Apa?"
"Gadis malang tadi hampir menangis. Tidak ada ruginya bersikap ramah sesekali."
Artemis terkejut. Butler jarang sekali menawarkan pendapat mengenai masalah-masalah pribadi.
"Aku tidak bisa membayangkan diriku menghadiri acara dansa sekolah, Butler."
"Bukan dansa yang jadi intinya. Semua kembali pada masalah komunikasi."
(Artemis Fowl dan Sandi Abadi, hlm. 14)
Scene di atas saya ambil dari buku yang saat ini sedang saya baca, yaitu Artemis Fowl dan Sandi Abadi karya Eoin Colfer.
Nah, pernahkah kalian berada di posisi si pramusaji? Ketika kalian berusaha bersikap ramah terhadap seseorang tapi orang tersebut malah bersikap...errrr....kurang ramah sehingga seketika langsung menghapus senyum yang ada di wajah kalian dan membuat kalian ingin menangis? Kalau saya pernah.
Sebenarnya saya juga bukan orang yang memiliki wajah smiling face. Saya orangnya tertutup dan malu untuk menyapa orang lain duluan sehingga sering dianggap sombong. Jadi tak pantaslah saya menghakimi orang-orang seperti Artemis, yang cenderung bersikap "kurang ramah" kepada orang lain.
Lagipula saya juga tahu, ada banyak alasan dibalik sikap kurang ramah mereka itu. Mulai dari ingin jujur pada diri sendiri, penyampaian sikap ramah dengan cara atau standar yang berbeda, karena memang ada yang dia sombongkan (kekayaan, kepintaran, kecantikan, kekuasaan, kemandirian, dll.), karena malu, karena salah asuhan, karena orang tersebut seakan memang terlahir seperti itu (maka, beruntunglah orang-orang yang sudah ramah dari sononya) dan masih banyak alasan lainnya, *sotoy mode on*.
Dan karena saya orangnya pemalu, *uhuk*, saya perlu usaha lebih untuk bisa bersikap ramah. Jadi, ketika orang yang saya beri sikap ramah tersebut membalas dengan sikap yang kurang ramah menurut standar orang kebanyakan, well, senyum di wajah saya langsung menghilang, dan dalam beberapa kasus, saya jadi kepingin menangis. Seperti pramusaji dalam cerita Artemis tadi.
Namun, yang paling sering saya sesalkan adalah kalau saya sedang bad mood sehingga saya cenderung menghindari orang-orang yang saya tahu bakalan bersikap kurang ramah.
Misalnya jika saya ingin berbelanja di sebuah toko yang mana penjualnya secara sepihak saya cap sebagai orang "jutek", maka saya akan memilih berbelanja di toko lain yang penjualnya lebih ramah meskipun letaknya lebih jauh atau harganya lebih mahal.
Karena kalau lagi bad mood, saya bukannya kepingin nangis ketika diperlakukan tidak ramah. Saya malah balas jutek dan bersikap tidak kalah sinisnya kepada orang itu, *dikeplak pakai sandal*. Nah, tolong ini jangan ditiru, hahhah. Karena setelahnya, bukannya merasa puas, saya malah merasa tak enak hati.
Scene dari buku Artemis ini juga mengingatkan saya kepada seorang teman yang sikapnya selalu dalam mode tidak ramah. Padahal aslinya orangnya baik sekali.
Ironisnya, dia sering mengeluh karena selalu merasa dianggap tidak ada, terutama kalau berada tempat-tempat publik. Dia yakin itu karena dia memiliki penampilan yang kurang cantik menurut standar orang kebanyakan.
Tapi kalau menurut saya pribadi sih, itu lebih karena dia selalu memasang tampang "jutek+sinis+apa lo liat-liat" ke orang-orang. Wajar kalau orang-orang tersebut memilih menghindar sehingga seakan-akan dia merasa dianggap bahwa dirinya tak ada.
Salah satu alasan teman saya itu sering memasang tampang jutek itu adalah karena katanya lebih baik pasang tampang jujur apa adanya, daripada pasang tampang senyum tapi terpaksa.
Tapi whatever-lah, apa yang orang yakini memang beda-beda. Yang penting saya tahu kalau teman saya itu sebenarnya baik.
Sama seperti Artemis. Kalau dilihat secara perilaku, Artemis termasuk orang yang sikap dan gaya bicaranya kepingin minta tonjok. FYI, Artemis ini baru berumur kurang lebih 12 tahun. Tapi dia ini super kaya dan pintar luar biasa sehingga merasa tidak perlu menghormati orang lain.
Namun, Artemis adalah pahlawan kita dalam buku ini. Dan seperti kata Kapten Holly di buku sebelumnya, Artemis itu sebenarnya baik, tapi yah, sikap baiknya itu perlu lebih dikembangkan lagi XD
So, semoga scene ini bakalan saya ingat kalau kapan-kapan nanti saya bertemu lagi dengan orang-orang macam si Artemis ini. Saya akan ucapkan "mantra" mereka sebenarnya baik...mereka sebenarnya baik...untuk membentengi hati saya (yaelah hati) agar tidak merasa terluka oleh sikap mereka, *uhuk*.
Dan semoga scene ini juga bakalan saya ingat kalau mode sikap tidak ramah saya juga sedang on, *eh*. Saya akan ingat kata-kata Butler: "Tidak ada ruginya bersikap ramah sesekali".
Oke, ini dia scene pilihan saya untuk tanggal 23 hari ini. Bagaimana dengan kalian? Adakah scene menarik dari buku yang sedang kalian baca? Kalau ada, yuk dishare. Klik link ini untuk detail cara mainnya ya.
Have a nice "23" for you \^_^/
Rumah Istimewa dan 7 Dongeng Seru Lainnya #BookReview #BacaBukuPerpus2019
irabooklover Juli 22, 2019 Book Review, DAR Mizan, Endang Firdaus No comments
Monyet Mike dan Cerita-Cerita Lain by Enid Blyton #BookReview #bacabukuperpus
irabooklover Juli 16, 2019 #bacabukuperpus, Book Review, Enid Blyton, Gramedia Pustaka Utama, Share Link FBB 12 comments
Lanjut membaca Seri Kumbang buku ketiga. Judulnya Monyet Mike dan cerita-cerita lain. Bagi saya, buku ketiga ini sudah asik dari judulnya. Soalnya saya membaca "Mike" dengan ejaan Bahasa Indonesia, bukan ejaan Bahasa Inggris, hihihi, *selfkeplak*.
Ada delapan cerita pendek di buku ini. Mereka adalah Monyet Mike, Si Mata Jeli dan si Rabun, Beruang yang Tua Renta, Bila Pak Kurcaci Marah, Sally si Tukang Menjerit, Yang Mana Dia?, Tuan Budiman dan Kebakaran.
Saya sangat suka dengan pesan-pesan moral yang disampaikan oleh delapan cerita di atas. Banyak yang cocok dengan keadaan masyarakat sekarang. Rupanya masalah-masalah sosial ini bandel juga. Dari dulu sampai sekarang terus saja terulang-ulang.
Selain itu, cerita-cerita di buku ini juga cocok untuk ibu-ibu yang mungkin bingung menghadapi anak-anaknya yang ... errr ... terlalu aktif berlebihan. Seperti pada cerita Monyet Mike. Mike ini anak yang suka sekali membanting dan merusak mainan. Bukan hanya mainan, tapi dinding rumah juga dia corat-coret. Bunga-bunga di taman dia pukul-pukul dengan kayu. Haduh, rumah jadi sangat berantakan dari depan sampai belakang. Untunglah ada si monyet yang bisa menyadarkan Mike kalau apa yang dia lakukan itu tidak baik. Nah, nah, bagaimana cara si monyet menyadarkan si Mike? Temukan jawabannya dalam cerita Monyet Mike.
Kemudian ada cerita Sally si Tukang Menjerit. Sally sudah terbiasa menjerit keras kalau keinginannya tidak dipenuhi. Untunglah ada perempuan tua yang membuat Sally sadar. Tapi menurut saya, ceritanya cukup menyeramkan. Mungkin memang disengaja begitu agar anak-anak yang suka menjerit ini jera.
Cerita Si Mata Jeli dan Si Rabun juga memberikan pesan moral yang bagus. Mengajarkan kita untuk peduli pada keadaan sekitar. Karena kalau menurut saya, sekarang kita agak bias dalam menentukan yang mana yang perlu dikepo-in dan yang mana yang tidak.
Cerita yang berjudul Tuan Budiman mengajarkan kita untuk tidak meremehkan orang-orang. Menurut kalian yang mana yang lebih penting? Kekuasaan dan kekayaan, atau budi pekerti yang baik?
Cerita terakhir berjudul Kebakaran. Saya senyum-senyum sendiri membaca cerita ini. Pahlawan yang sejati, pada akhirnya akan dikenali walaupun dia tidak menceritakan perbuatan baiknya kepada orang-orang, *uhuk*.
At last, saya takjub membaca buku ini. Mengagumkan sekali tentang bagaimana cerita-cerita tua ini bisa menyampaikan pesan moral yang pas sekali dengan keadaan masyarakat saat ini. Yaaaa, itulah salah satu kegunaan buku cerita, yaitu untuk mencegah kita mengulangi kesalahan yang sama dari para pendahulu kita. So, 4 dari 5 bintang untuk Monyet Mike. I really liked it.
Si Gadis Penakut dan Cerita-Cerita Lain by Enid Blyton #BookReview #bacabukuperpus
irabooklover Juli 11, 2019 #bacabukuperpus, Book Review, Children, Enid Blyton, Gramedia Pustaka Utama No comments
Di buku kedua dari Seri Kumbang-nya Enid Blyton ini, ada delapan cerita. Yang pertama adalah Celengen Melia. Celengan Melia membawa pesan agar rajin menabung. Tapi tidak hanya itu, ada pesan lain yang dibawa oleh cerita ini. Hmmm...apakah itu? Silakan dibaca sendiri kisahnya. Yang pasti, saya sangat suka dengan cerita ini. Kisah yang bagus sebagai pembuka kisah-kisah lainnya.
Lanjut, cerita kedua berjudul Sapi-sapi yang Lolos. Pesan yang dapat saya tangkap dari kisah ini adalah agar kita lebih peduli dengan orang lain. Terutama kalau orang lain itu sedang dalam kesulitan.
Cerita ketiga berjudul Manfaat Batu bagi Keledai. Kira-kira apa ya manfaat batu tersebut? Mari kita lihat apa yang dilakukan oleh Tom saat kedelainya tidak mau berjalan di jalan licin bersalju. Sementara ada batu kerikil berserakan di pinggir jalan.
Cerita selanjutnya adalah Putri Raja dan Gadis Desa. Sebuah cerita klasik yang mengajarkan kita untuk selalu bangga jadi diri sendiri dan mensyukuri apa yang sudah kita punya.
Next, ada cerita Uang Logam yang Hilang. Saya benar-benar mengagumi keberanian Benny. Memangnya Benny berani untuk apa? Yaaa, silakan baca kisahnya ya.
Terus ada cerita Tukang Sulap terkenal. Somehow, pesan yang dapat saya tangkap dari kisah ini adalah, aksi lebih baik dari sekedar kata-kata. Meskipun kebaikan hati kita diragukan, kita harus tetap berbuat baik.
Kemudian sampailah kita pada cerita Si Gadis Penakut. Di sini kita diajarkan apa sebenarnya keberanian itu. Siapa yang mengajarkannya? Well..well..well.. ternyata Si Gadis Penakutlah yang mengajarkan kepada teman-temannya, dan juga kepada pembaca, bahwa berani itu.....yaaaah, baca sendiri bukunya :)
Teakhir, ada cerita Kami Semua Temanmu. Ini cerita tentang Tommy yang sering mengganggu binatang-binatang ternak di rumah pamannya. Tapi itu sebelum Tommy tahu kalau ternyata para binatang ternak itu adalah temannya. Nah..nah..bagaimana caranya Tommy tahu?
Hmmm...ada beberapa halaman yang tertukar di edisi digital ini. Tapi tak apalah. Saya masih bisa menikmati cerita-cerita indah di dalamnya. At last, saya masih suka dengan Seri Kumbang, 4 dari 5 bintang lagi untuk buku kedua ini. I really liked it.
Baca juga: Seri Kumbang #1, Si Babi Ungu dan cerita-cerita lain.