Di tanah kelahirannya, agama pun telah menjadi alat kekuasaan. Tinggal remah-remahnya saja. Unsur-unsur yang digunakan Khosrou untuk mengendalikan kepala-kepala rakyatnya. Agama yang hanya ritual semata. Tak jelas lagi apa inti dan tujuannya. ---hlm. 435
Kashva pun mengkritik Kaisar Khosrou secara halus di depan umum. Bisa diduga, Kaisar sombong itupun marah besar. Kaisar ingin memenggal kepala Kashva. Dan Kashva pun terpaksa melarikan diri.
Bisa diduga, Kashva yang kesehariannya hanya menghabiskan waktu di perpustakaan merasa benar-benar kewalahan ketika menjadi seorang pelarian. Mengembara dari satu daerah ke daerah lain. Merasa lemah dan tidak berguna karena tidak bisa membela diri sendiri saat melawan tentara Khosrou yang mengejarnya.
Bagi kebanyakan orang, Kashva mungkin bukanlah karakter utama yang lovable. Dia bukan seorang pahlawan yang pandai bertarung.
Tetapi saya suka dengan Kashva. Kashva ini adalah tipe cendekiawan tempo dulu yang selalu haus akan ilmu pengetahuan. Kecerdasanlah yang menjadi kekuatan seorang Kashva.
Di dalam dada Kashva merekah energi pengetahuan yang memang selama ini, menjadi sumber kekuatannya menempuhi hari-hari. ---hlm. 433
Ngomong-ngomong, saya penasaran sekali apakah nama Kashva itu ada artinya. Ingin rasanya menanyakan langsung kepada pengarangnya. Soalnya nama-nama tokoh karangan Tasaro G.K. ini bagus-bagus. Bukan hanya di novel ini, tapi di buku lainnya juga.
At last, Khasva is my chosen character today. What's yours? \^_^/