"Hari ini kita akan berlatih memerhatikan bagaimana kita berjalan. Saya akan menunjukkan caranya." Berjalanlah perlahan dan jelaskan bagaimana berat tubuhmu bergeser dari tumit ke telapak kaki kemudian dari jari ke kaki. "Rasakanlah momen ketika bobot tubuhmu berpindah dari tungkai, pergelangan, hingga ke pucuk-pucuk jemari kakimu." ... (Teach Like Finland, hlm. 54)Ketika saya membaca paragraf di atas, terutama di kalimat "Rasakanlah momen", saya jadi teringat ibadah sehari-hari yang saya rasa juga merupakan sebuah latihan kesadaran diri. *ramadanmomen*.
Ibadah itu adalah salat lima waktu. Di dalam mengerjakan salat, kita diperintahkan untuk khusyuk kan ya? Atau dengan kata lain, kita diperintahkan untuk mengerjakan salat dengan penuh kesadaran diri. Kita harus merasakan setiap momen dari gerakan dan bacaan salat.
Jika latihan kesadaran diri sangat besar manfaatnya untuk menjaga kedamaian kelas, yang nantinya dapat membuat setiap orang tenang, yang berimbas pada kesiapan murid untuk menerima pelajaran berikutnya, yang akan berefek pada peningkatan prestasi mereka, maka coba bayangkan apa efek salat lima waktu yang kita kerjakan sehari-hari.
Secara penjelasan di buku ini, maka seharusnya kita menjadi lebih tenang, damai dan siap untuk menghadapi hari, *eaaaa, apacoba*. Tapi dengan catatan penting, salatnya harus khusyuk alias harus dikerjakan dengan penuh kesadaran diri. Maka dengan demikian kita bisa mencapai tujuan salat yang disebutkan dalam Alquran, yaitu mencegah diri kita dari perbuatan keji dan mungkar.
Nah, masalahnya bagi saya adalah, saya belum bisa melaksanakan setiap salat saya dengan penuh kesadaran diri. Pikiran saya terus melayang kemana-mana. Tahu-tahu salatnya sudah selesai aja. Mentang-mentang sudah hapal bacaan salatnya. Dan bagaimana dengan ibadah lainnya, ibadah lainnya harus dilakukan dengan khusyuk juga kan?
So, mulai saat ini, saya akan berusaha untuk selalu bisa salat dengan penuh kesadaran diri. Susah memang. Banyak godaannya. Mohon doanya semoga bisa ya. Semoga momen Ramadan ini bisa membuat lebih semangat.
Ngomong-ngomong, saya bersyukur sekali karena sudah membaca buku ini. Terutama di bagian latihan kesadaran diri tadi yang membuat saya teringat untuk memperbaiki kualitas salat. Salah satu bukti kalau membaca buku populer itu ada manfaatnya, bukan kegiatan "ga ada kerjaan yang lebih penting lagi", seperti yang selama ini menjadi anggapan orang-orang di sekitar saya.
Oke deh, sekian dulu #LifeLessonsFromBooks kali ini. Semoga nanti saya bisa menemukan hal-hal yang menginspirasi lagi dari buku yang saya baca.
See you on my next post yaaa. Daadaah \^-^/