Gadis Kaya Yang Sombong Dan Cerita-Cerita Lain by Enid Blyton #BookReview #bacabukuperpus
irabooklover Desember 31, 2019 #bacabukuperpus, Children, Enid Blyton No comments
Semuanya membawa pesan moral yang bagus. Somehow, saya rasa seri kumbang buku ke-7 ini menekankan pesan moral tentang bagaimana cara bersikap baik kepada sesama.
Cerita favorit saya adalah Mari Teruskan. Ceritanya adalah tentang seorang anak bernama Susan yang ingin meniru kebaikan hati ibunya yang sangat gemar menolong orang lain. Jika ada yang bertanya apa yang bisa mereka lakukan untuk membalas kebaikan hati Ibu Susan, sang Ibu hanya menjawab teruskan kebaikan ini kepada orang lain.
Maka Susan pun memulai proyek Mari Teruskan ini. Cerita kebaikan-kebaikan yang diteruskan ini sangat menghangatkan hati. Cara yang bagus untuk mengajarkan kepada anak-anak kita bagaimana bersikap baik kepada sesama melalui permainan yang menyenangkan.
At last, 4 dari 5 bintang untuk buku ini. I really liked it.
The Forbidden Relationship by Maryam Yousaf #BookReview
irabooklover Desember 30, 2019 Book Review, Maryam Yousaf, Non Fiction, Noura Books, Review 2019, Self Help No comments
Blurb:
Nabi Muhammad Saw. melihat seorang pemuda memandangi seorang wanita muda. Beliau menolehkan kepala pemuda itu agar mengalihkan pandangannya. Kemudian Nabi Saw. bersabda, “Aku melihat seorang pemuda dan seorang wanita muda dan aku tidak percaya bahwa setan tidak menggoda mereka.”(HR Tirmidzi)
Hubungan yang dibangun atas dasar kesenangan semata memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi kesehatan emosi, fisik, mental, dan spiritual seseorang. Pada kenyataannya, hubungan semacam ini tidak hanya menjangkiti anak muda. Bagaikan wabah, hubungan semacam ini bisa menjangkiti semua orang, tua maupun muda, menikah ataupun lajang.
Itulah sebabnya, pada hadis di atas, Rasulullah Saw. menolehkan kepala si pemuda dari memandang wanita muda. Karena, sebuah pandangan biasa bisa menjadi penyebab terbukanya hubungan yang lebih jauh dan berbahaya bagi keduanya. Bukankah Allah Swt. berfirman dalam Kitab-Nya: Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk (QS Al-Isrâ’ [17]: 32)? Sering sekali hal yang kita anggap sepele bisa berakibat sangat fatal bagi diri kita.
Islam tidak melarang perasaan cinta. Bahkan Islam, mengakui, menerima, dan mendorongnya dalam cara-cara terbaik. Buku ini memberi gambaran pandangan Islam dalam mengatasi berbagai masalah terkait cinta itu.
My Review:
Setelah sekian lama puasa dapat buntelan, saya sudah lupa ternyata sesenang inilah rasanya ketika terpilih sebagai pemenang buku dari kuis vote cover yang diadakan oleh Penerbit Noura. Lewat jalan inilah buku The Forbidden Relationship karya Maryam Yousaf ini sampai ke tangan saya.
Well, cover buku ini menipu saya, wkwkwk. Waktu nge-vote cover-nya dulu, saya kira ini buku fiksi, eh ternyata buku ini adalah buku nonfiksi.
Tema yang diangkat sangat bagus. Dilihat dari judulnya, bisa kah teman-teman menebak apa temanya? Yups, temanya adalah tentang hubungan terlarang, *kenakeplak*. Hubungan terlarang yang dimaksud adalah hubungan antara pria dan wanita di luar pernikahan. Mulai pacaran sampai perselingkuhan.
Saya yang adalah seorang tipikal jojoba (jomlo-jomlo bahagia) sewaktu masih single dulu tentu saja sangat senang dengan tema The Forbidden Relationship ini, hohoho.
Tapi, honestly, sayangnya, somehow, saya merasa buku ini tak nyaman dibaca. Bukan karena temanya, tapi lebih ke gaya bahasa atau susunan kata-katanya. Entah sudah dari sononya atau karena alih bahasanya (sungkem sama penulis dan penerjemah) saya tak tau.
Sayang sekali sebetulnya, karena kalau saja ditulis dengan bagus dan punya kekuatan untuk mempengaruhi seperti buku-buku karya Dale Carnegie atau Rhonda Byrne, mungkin buku ini akan lebih banyak lagi menyelamatkan para perempuan muslim agar tidak terjebak ke dalam "The Forbidden Relationship" ini.
Benar seperti yang blurb-nya bilang, banyak yang menganggap "The Forbidden Relationship", salah satunya misalnya adalah pacaran, adalah hal yang sepele. Bahkan sewaktu saya masih ABG dulu pun, yang terjadi sudah lama sekali (ketauan tuanya), pacaran menjadi salah satu simbol status sosial di kalangan para ABG. Yang punya pacar dianggap keren, sedangkan yang tidak punya pacar dikasih label "kasian deh lo". Apalagi di zaman sekarang, pacaran benar-benar dianggap hal yang keren dan lumrah. Rasa-rasanya sekarang susah sekali mencari anak usia SMP-SMA yang tak pacaran. Bahkan anak SD pun sekarang sudah bisa pacaran kan ya? Duh, sedihnya.
Buku ini menjelaskan bagaimana proses awal mula "The Forbidden Relationship", derita-derita yang dapat ditimbulkannya, hingga bagaimana cara menghindarinya. Dan ada satu kalimat yang paling saya suka dari semuanya. Jawaban kenapa kita sebaiknya tidak melakukan "The Forbidden Relationship". Jawaban yang dulu lama sekali baru saya temukan dan buku ini langsung menuliskannya dengan gamblang.
Penasaran? Yuk dibaca bukunya dan temukan kalimat itu. Dijamin para ABG yang mulai berpikir untuk menembak atau menerima tembakan cinta monyet pertamanya akan berpikir ulang, haha.
At last, 3 dari 5 bintang untuk buku ini. Semua bintang untuk temanya. I liked it.
Cermin Ajaib dan Cerita-Cerita Lain by Enid Blyton #BookReview #BacaBukuPerpus2019
irabooklover Desember 10, 2019 #bacabukuperpus, Book Review, Children, Enid Blyton, Gramedia Pustaka Utama 2 comments
Nah..nah..bagaimana ya wajah Sammy dewasa yang diperlihatkan oleh cermin ajaib milik Kakek Mata Biru? Benarkah wajah jelek cemberut Sammy akan terus menempel di wajahnya sampai dia jadi kakek-kakek nanti?
Lanjut ke cerita kedua yang berjudul Boneka Paling Agung. Ada sebuah boneka yang diberi pakaian layaknya seorang raja. Sayangnya, pakaian ini membuatnya sombong dan selalu ingin dihormati. Sementara itu, ada boneka perempuan berwajah manis yang hanya mengenakan pakaian sederhana. Tapi matanya mencerminkan hatinya yang lembut dan penuh kasih sayang.
Nah, menurut kalian, boneka mana yang lebih dipilih oleh boneka lain untuk dijadikan raja atau ratu? Jawabannya gampang sekali bukan? ^^
Cerita berikutnya berjudul Anjing yang Tahu Membalas Budi. Di cerita ini, ada seorang anak bernama Peter yang sangat mujur. Tapi Peter seringkali lupa bersyukur atas kemujurannya. Peter sering lupa untuk berterima kasih.
Sampai suatu hari, Peter menolong seekor anjing yang terjepit jerat kelinci. Anjing itu pun bebas. Uniknya, si anjing sangat pandai mengucapkan terima kasih kepada penolongnya. Hmmm...kira-kira apa yang dilakukan si anjing untuk membalas kebaikan Peter ya?
Cerita ke-4 berjudul Gadis Berupa Buruk. Ada seorang gadis bernama Katie yang berpenampilan buruk karena berasal dari keluarga miskin. Tapi meskipun begitu, Katie mempunyai banyak teman. Doreen menjadi heran sekali. Apa yang rahasia si gadis buruk rupa itu sehingga disenangi oleh teman-temannya?
Cerita ke-5 berjudul Anak Kambing yang Lincah. Adalah seorang anak bernama Jack yang ingin sekali memetik buah berry setelah sejak pagi tidak bisa keluar karena hujan. Tapi ibunya melarang Jack karena tanah masih becek setelah hujan. Tapi Jack tetap nekat keluar. Well, Jack tidak tahu kalau di luar ada anak kambing lincah yang ingin bermain-main. Kira-kira apa yang terjadi dengan Jack karena berani melanggar perintah ibunya?
Cerita ke-6 berjudul Lucy yang Periang dan Dicky yang Membosankan. Ini adalah cerita favorit saya. Tokoh Dicky mengingatkan saya kepada diri saya sendiri, ahaha, *selfkeplak*. Persis seperti Dicky, saya juga merasa kalau sifat saya yang membosankan ini memang sudah dari sananya. Memang seperti inilah saya apa adanya. Saya tidak akan membohongi diri saya sendiri dengan menjadi orang yang berpura-pura riang. Nah..nah..benarkah statement saya barusan? Hum..hum..menurut cerita ini sih, tidak. Seperti kata Lucy,
"Tahukah kau, Dicky," ujar Lucy. "Kau tidak bisa bersuka ria karena sikapmu sendiri. Kau tak mau membiarkan tangan dan kakimu ikut bersenang-senang, kau tak mau membiarkan pikiranmu senang dan gembira hingga kau bisa tertawa dan bersenda gurau. Kau memang benar-benar membosankan. Ya, sangat membosankan!" ---hlm. 159
Percakapan Dicky dan Lucy selanjutnya semakin menyadarkan saya bahwa apa yang dikatakan Lucy itu benar. Kita akan menjadi senang jika sedang riang, bukan? Dan bukankah jika kita senang itu artinya segala sesuatu berjalan sesuai semestinya.
Cerita terakhir berjudul Pak Licik. Pak Licik adalah orang yang pelit dan hanya mau memberikan sesuatu kalau ada imbalan yang diharapkannya. Suatu hari, Pak Licik berniat memberikan telurnya yang sudah busuk kepada Pak Hidung Kecil. Berharap tetangganya tersebut memberikan imbalan berupa madu dari lebah piarannya. Berhasilkah rencana Pak Licik? Tentu tidak, bukan? Karena perbuatan buruk selalu akan mendapat balasan yang setimpal.
At last, setelah membaca keseluruhan cerita yang ada di buku ini. Saya merasa pesan moral yang ingin disampaikan adalah tentang bagaimana menjadi pribadi yang menyenangkan. Tak peduli bagaimana penampilan fisik kita, yang lebih utama tetaplah bagaimana sifat kita. Yang tampan seperti Sammy bisa saja jadi jelek karena selalu cemberut. Sedangkan gadis buruk rupa seperti Katie dan boneka ratu bisa saja jadi cantik karena sifat mereka yang menyenangkan.
Pesan moral yang sangat bagus untuk diajarkan ke anak-anak kita lewat cerita-cerita yang indah ini. So, 4 dari 5 bintang lagi untuk buku ke-6 dari seri kumbang. I really liked it.
Tiga Permintaan dan Cerita-Cerita Lain by Enid Blyton #BookReview #BacaBukuPerpus
irabooklover Desember 10, 2019 #bacabukuperpus, Book Review, Children, Enid Blyton, Gramedia Pustaka Utama 18 comments
IMO, setelah selesai membacanya, saya merasa tema buku seri kumbang yang ini adalah pesan moral tentang ketidakjujuran. Disampaikan dengan sangat indah lewat cerita anak-anak. Saya suka sekali. So, 4 dari 5 bintang untuk buku ini. I really liked it.
Mom, Are You Happy? #CharacterThursday #FBBKolaborasi
irabooklover Desember 05, 2019 Character Thursday, FBB Kolaborasi, Meme 10 comments
Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamu'alaikum teman-teman semua...
Hai..hai..hai...berjumpa kembali dengan saya di post #FBBKolaborasi untuk bulan Desember dengan tema Hari Ibu Nasional.
Di bulan sebelumnya, #FBBKolaborasi mengambil tema Hari Ayah Nasional. Saya ikut berpartisipasi dengan menulis review buku Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
#FBBKolaborasi sendiri adalah event posting bareng bulanan dari komunitas Female Blogger of Banjarmasin. Postingannya bebas asalkan sesuai dengan tema yang sudah ditentukan sebelumnya. Biasanya temanya adalah tentang hari-hari besar nasional atau internasional yang diperingati di bulan yang bersangkutan. Nah, untuk bulan ini, temanya adalah Hari Ibu Nasional yang jatuh pada tanggal 22 Desember.
Di post kali ini, saya ingin membahas tentang dua karakter ibu dari dua buku terakhir yang saya baca. Oleh karena itu, postingan kali ini bukanlah review, melainkan meme yang bernama Character Thursday.
Sebelumnya bagi teman-teman yang belum pernah mendengar tentang Character Thursday, Character Thursday adalah sebuah meme yang dihost oleh Mbak Fanda dari blog Fanda Classiclit yang khusus membahas tentang karakter yang menarik perhatian kita dari sebuah buku. Sesuai namanya, Character Thursday di post setiap hari kamis.
Tidak ada format khusus untuk postingan Character Thursday. Teman-teman bebas menulis apapun tentang karakter tersebut. Untuk informasi lebih jauh tentang cara main Character Thursday, teman-teman bisa mengklik button Character Thursday di atas.
Oke, kembali ke dua karakter ibu tadi. Karakter ibu pertama saya ambil dari buku Last Forever karya Windry Ramadhina. Karakter ibu kedua saya ambil dari buku Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
Kedua karakter ibu ini menarik perhatian saya karena memiliki kesamaan. Mereka sama-sama dikira tidak bahagia oleh anak-anaknya. Sayangnya, hal itu mengakibatkan perubahan yang cukup besar terhadap pola pikir sang anak.
Ruruh Rahayu, adalah ibu dari Lana Hart, karakter utama perempuan dari buku Last Forever. Ruruh Rahayu dulunya adalah seorang penari tradisional terkenal yang sudah sering pentas di luar negeri. Di salah satu pentasnya tersebut, dia bertemu dengan William Hart, seorang jurnalis sederhana dari Amerika.
Mereka saling jatuh cinta dan menikah. Pernikahan tersebut mengakibatkan Ruruh harus melepaskan kariernya sebagai penari. Ruruh mengikuti suaminya ke Amerika. Hidup sebagai ibu rumah tangga dan mengasuh anak mereka, Lana.
Suatu hari, Lana melihat ibunya menari. Dilatarbelakangi cahaya senja, sang ibu tampak seperti malaikat. Lana sangat terpesona. Namun, tiba-tiba, ibunya berhenti menari, terjatuh ke lantai, dan menangis.
Ibunya tidak bahagia. Pernikahan tidak membuat ibunya bahagia. Pernikahan justru memaksa perempuan itu melepaskan hal berharga.
Dia tidak menyukai ayahnya karena itu. Ayahnya adalah penyebab ibunya menangis.
---Last Forever hlm. 73
Lana pun menjadi seorang wanita yang anti komitmen. Dia tidak ingin menikah. Dia tidak akan melepaskan karirnya yang sedang bagus-bagusnya demi sebuah pernikahan. Dia masih punya segudang impian. Dia takut, pernikahan hanya akan mengambil semua itu darinya.
---Last Forever hlm. 103
See? Lana mengira ibunya tidak bahagia di dalam pernikahannya. Tidak jauh berbeda, Dam di buku Ayahku (Bukan) Pembohong juga mengira ibunya tidak bahagia. Keluarga mereka hidup sangat sederhana. Selalu naik angkutan umum kemana-mana. Dam tidak pernah melihat ibunya tertawa bahagia. Dam mengira ibunya tidak bahagia karena ayahnya memilih untuk hidup sederhana.
---Ayahku (Bukan) Pembohong hlm. 233
Bahkan Dam sangat menyayangkan kesederhanaan itu karena kalau tidak, mereka bakalan punya cukup uang untuk membawa ibu yang sering sakit-sakitan untuk menjalani pengobatan yang lebih baik. Dam membenci ayahnya karena hal itu.
---Ayahku (Bukan) Pembohong hlm. 234
Nah..nah..nah, benarkah ibu dari anak-anak ini tidak bahagia seperti yang mereka kira? Yaah...silakan dibaca sendiri bukunya, hihihi.
Yang hanya bisa saya katakan sebagai seorang ibu dari seorang gadis cantik berumur 19 bulan adalah, melihat anak saya lahir, tumbuh besar dan sehat sudah lebih dari cukup untuk membuat saya bahagia.
Saya juga masih memiliki segudang impian yang entah hanya tertunda atau sudah saya kubur sama sekali. Tapi hal itu akan langsung terlupakan ketika mulut kecil yang lucu itu memanggil saya mama.
Tapi meskipun begitu, jujur saya masih was-was apakah ibu saya juga bahagia, hahhah, *dasarplinplan*, *selfkeplak*. Sepertinya masih banyak keinginan ibu yang masih belum bisa saya wujudkan. Saya hanya bisa berdoa semoga saya bisa menjadi anak yang sholehah untuk beliau.
Btw, saya rasa, kalau seorang anak menanyakan kepada ibunya apakah ibu bahagia? Saya rasa hampir semua ibu akan menjawab ya. Akan menjadi tugas sebagai anak untuk memahami, bagaimana sebenarnya definisi kebahagian bagi seorang ibu.
At last, IMO, seorang ibu akan selalu bahagia saat melihat anak-anaknya tumbuh sehat serta bahagia, dan yang paling utama, tumbuh menjadi anak yang sholeh/sholehah.
Selamat Hari Ibu Nasional \^_^/
Ayahku (Bukan) Pembohong #BookReview #BacaBukuPerpus #FBBKolaborasi
irabooklover November 10, 2019 #bacabukuperpus, #FBBKolaborasi, Book Review, Family, Gramedia Pustaka Utama, Tere Liye 12 comments
Uang ayah dihabiskan untuk hal yang lebih berguna (menurut versi ayah), membantu tetangga, menyumbang apalah. ---hlm. 229
Kau harus bekerja keras, sungguh-sungguh, dan atas pilihan sendiri memaksa hati kau berlatih. ---hlm. 292
For The First Time in Amuntai, Meet and Greet With Asma Nadia #EventReport
Sayangnya, saya lupa apakah saya sudah pernah membaca buku Asma Nadia atau belum, *kena keplak*. Saya tidak menemukan rekam jejaknya di blog saya ini.
Tapi rasa-rasanya saya sudah pernah deh membaca karya beliau. Dulu sekali, jauh sebelum saya mempunyai blog buku. Mungkin dalam bentuk cerpen atau antologi buku.
Oke, kembali ke event Meet and Greet Asma Nadia. Event ini diadakan pas hari kerja. Sebenarnya saya kepingin sekali menggunakan hak cuti saya khusus untuk menghadiri acara ini. Tapi saya tak tega mengatakannya ke atasan saya. Secara kantor saya persis berbelakangan dengan gedung perpustakaan, wkwkwk.
Jadilah saya hanya minta ijin sebentar ke atasan untuk mengunjungi gedung tetangga itu. Dengan penekanan dalam kata-kata "gedung tetangga". Rencananya sih saya cuma kepingin menengok sebentar. Cukuplah melihat Mbak Asma Nadia sebentar sambil mengambil jatah sertifikat, snack dan nasi kotak, *eh*.
Etapi, ternyata acaranya seru sekali. Saya jadi tak bisa beranjak dari kursi, wkwkwk. Sayang saya datang terlambat sehingga tak dapat jatah kursi di depan.
Mbak Asma Nadia ternyata sangat cantik dan ramah sekali. Beliau sharing banyak hal. Cara beliau sharing itu loh, menarik sekali. Pokoknya yang hadir di situ bakalan kepingin jadi penulis saat itu juga, hihihi.
Kebanyakan kata-kata beliau yang paling saya ingat adalah yang berhubungan dengan readers. Seperti kalau ingin jadi penulis itu, harus jadi pembaca dulu. Kemudian satu diantara beberapa hal yang tidak akan membuatmu miskin adalah membeli buku. Kemudian juga tentang beliau yang memberi saran kepada para penulis untuk berlapang dada menerima kritikan karena tidak ada karya yang sempurna. Aaaaaah, jadi teringat sama penulis yang marah kalau tulisannya dikritik, *uhuk*.
Sebenarnya banyak lagi dari sharing Mbak Asma Nadia ini yang perlu banget buat dicatat. Terutama bagi yang kepingin jadi writer. Sayang kemarin saya terpana melongo gimana gitu pas acara. Maklumlah saya orang udik yang tak pernah lihat penulis terkenal secara langsung, wkwkwk.
Para peserta lain juga sangat antusias. Ketika sesi tanya jawab dibuka. Banyak sekali yang ngacung. Saya langsung kelelep, wkwkwk.
Meskipun peserta event banyak sekali, bahkan katanya melebihi ekspektasi panitia, saya tetap merasa sendiri di sana. Kebanyakan mereka yang ada di sana adalah para penulis. Meskipun ada para pembaca juga, tapi mereka adalah pembaca yang sudah naik level ingin jadi penulis. Tidak ada reviewer, blogger buku, bookstagrammer, Goodreaders, penimbun buku ataupun pemburu buntelan, hiks, *sedih*.
Satu lagi yang membuat saya sedih adalah, karena banyaknya peserta, acara diperpanjang sampai setelah jam makan siang. Hiks, saya tak bisa ikut lagi karena sudah terlalu lama meninggalkan kantor. Padahal acara bagi-bagi doorprize dan foto bareng Mbak Asma Nadia-nya setelah jam makan siang itu. Ini bakalan jadi pelajaran buat saya. Kalau ada event-event langka seperti ini lagi, saya bakalan menggunakan hak cuti saya, no matter what. Titik.
At last, semoga event Meet and Greet penulis ini jadi program tetap perpustakaan. Semoga terus didukung oleh Pemerintah Daerah. Ya kan kakak-kakak perpus HSU yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik? Iya, kan? Kan? Kan? *maksa* XD.
[Saturday Talk] Saya dan Ordo Buntelan
irabooklover September 21, 2019 Non Review, Saturday Talk 21 comments
Buntelan dan Ordo Buntelan...
Di dalam dunia blogger buku, buntelan adalah buku yang didapatkan secara gratis. Gratisnya bisa dikasih langsung oleh si penulis, ada juga yang dikasih langsung oleh penerbit. Kemudian bisa juga dari pecinta buku lain yang mengadakan giveaway. Ada juga para pecinta buku yang memberikan bukunya secara cuma-cuma. Kemudian ada juga via aplikasi seperti giveaway Goodreads.
Nah, ordo buntelan adalah orang-orang yang memburu buku gratis tersebut. Saya lupa kapan dan dimana pertama kali mendengar istilah ini. Yang pasti, saya mendengarnya dari media sosial para blogger buku yang lalu lalang di feed saya, wkwkwk.
Semangat Berburu Buku Gratis....
Dulu, waktu masih menjadi jomblo pengangguran, saya juga menobatkan diri sebagai anggota ordo. Pokoknya kalau mendengar info tentang giveaway buku, saya langsung ikut. Sesulit dan sekecil apapun kemungkinan menangnya, saya selalu mencoba. Dan kalau saya berhasil menang, sebagai ucapan terima kasih, buku tersebut akan langsung saya baca dalam kurun waktu kurang lebih satu minggu, setebal apapun bukunya.
Rupanya saya semangat sekali waktu itu, soalnya sekarang saya terheran-heran sendiri saat melihat koleksi buku saya yang berasal dari buntelan. Cukup banyak juga ternyata, hohoho.
Sekarang Saya Nyaris Ingin Mundur Teratur dari Ordo...
Seriusssss?....errrr...engga juga sih, hahhah, *dikeplak masal*, saya masih tak bisa menolak begitu saja undangan untuk berburu buku gratis. Tapi yang jelas, semangat saya sebagai anggota ordo mulai menurun. Selain sok sibuk sebagai working mom, berikut adalah alasan-alasan kenapa saya sekarang mulai malas berburu buku gratis:
1. Ada penulis yang tidak terima bukunya dikritik...
Pernahkah teman-teman mendengar tentang trending topic ini?, haha. Tentang beberapa penulis yang merasa tersinggung kepada para reviewer yang mengkritik bukunya terlalu pedas.
Awalnya saya tidak terlalu terganggu dengan ini. Soalnya saya jarang mereview buku lokal. Buku yang sering saya baca adalah buku terjemahan yang mana penulisnya kemungkinan tidak mengerti review yang saya tulis tentang buku mereka, hihihi.
Sampai akhirnya saya membaca profil penulis lokal
Sebenarnya wajar sih ya kalau para penulis ini merasa marah karena hasil kerja kerasnya dikritik terlalu pedas. Karena kritikan itu kemungkinan besar memang berimbas kepada penjualan buku mereka.
Ta..tapi, kalau sebuah buku sudah terjun di pasaran, maka saya rasa, mau tidak mau, para penulis harus siap menerima kritik. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk menyukai buku yang kita tulis. Malahan saya rasa, kita harus bersyukur, karena mereka sudah berbaik hati meluangkan waktu dan mungkin juga dana untuk membaca dan mereview buku kita.
Kalaupun mereka-mereka itu tak suka dengan karya kita, maka yakinlah, setiap penulis punya pembacanya sendiri.
Tapi whateverlah. Yang pasti kejadian ini berimbas kepada saya. Saya jadi terlalu selektif memilih buku dari pengarang lokal yang ingin saya baca.
Saya jadi kurang semangat untuk ikut blogtour atau mendaftarkan diri jika ada penulis lokal atau penerbitnya yang mencari peresensi buku pertama.
Saya juga jadi merasa tak enak hati jika ingin mereview buku-buku dari pengarang lokal kalau buku itu saya dapat secara gratis. Bahkan kalau buku itu saya beli sendiri pun, saya tetap merasa tak enak.
Buku-buku dari pengarang yang saya tahu bakalan nyinyir kalau buku-bukunya tak dipuji akan saya geser ke antrian paling belakang dari daftar bacaan saya, hohoho, *evil laugh*.
Ditambah lagi, genre favorit saya bukanlah genre yang biasanya umum ditulis oleh penulis lokal. Nah...menulis reviewnya bakalan penuh resiko.
Tapi kalau penulis atau penerbitnya sendiri yang memberikan bukunya secara gratis kepada saya tanpa saya minta tak apalah, hahaha, *kenakeplak*. Alhamdulillah kalau masih ada yang mempercayakan bukunya untuk saya review.
Yang pasti saya berharap para reviewer dan para penulis bisa berdamai kembali tanpa ada drama nyinyir-nyinyiran lagi. Yang penulis dimohon untuk bisa lebih berbesar hati untuk menerima kritikan. Yang reviewer juga dimohon untuk menulis review yang tidak kelewat pedas. Satu atau dua cabe rawit saja cukuplah ya, *uhuk*.
2. Ada penyelenggara giveaway yang pilah-pilih pemenang kuis berdasarkan domisili....
Pernah suatu kali saya tak sengaja mengikuti obrolan online antar sesama blogger buku di media sosial. Obrolannya membahas tentang penyelenggaraan giveaway. Dan salah satu penyelenggara bilang kalau dia seringnya pilah-pilih pemenang berdasarkan domisili supaya ongkos kirim buku yang dia tanggung tak mahal. Kebetulan si penyelanggara ini domisilinya di salah satu provinsi yang berbeda pulau dengan saya.
Nah lo, saya sebagai peserta giveaway yang tinggal jauh dari pulau tersebut jadi merasa ... sedih, *uhuk*. Soalnya, saya sering ikutan giveaway-nya dia. Hiks, ternyata saya selama ini di PHP-in. Duh, sedihnya.
Sebenarnya itu hak mereka sih ya. Tapi yang bikin gemas itu, pas diperaturan giveaway-nya, mereka bilang giveaway ini terbuka untuk seluruh peserta yang mempunyai alamat kirim di Indonesia. Oke, INDONESIA!!!, *teriak pakai TOA*.
So, kalau mereka keberatan membayar ongkir untuk teman-teman yang domisilinya jauh, mereka bisa saja kan merubah peraturannya. Bilang yang diluar pulau harus bersedia menanggung ongkos kirim, kek. Atau giveaway ini hanya terbuka untuk peserta yang berdomisili di pulau X aja atau gimana gitu.
Tapi ya sudahlah. Sekarang saya sudah tidak sedih lagi. Soalnya mungkin juga kan ya saya yang tidak teliti membaca peraturan giveawaynya, *kenatonjok*.
Tapi sekarang saya jadi malas ikut giveaway. Kalau tidak pengin-pengin amat sama bukunya, saya gak bakalan ikut giveaway. Kalau pengin banget juga saya bakalan memilih untuk beli sendiri saja bukunya. Lebih pasti, tak perlu takut di PHP-in lagi, hohoho, *jadi nyinyir*.
At last...
Setelah menulis tulisan ini, saya jadi rindu kepingin berburu buku gratis lagi. Tapi kesibukan saya sebagai working mom benar-benar menyita waktu. Ikut giveway-nya kebanyakan mudah sih ya, tapi keharusan untuk membaca bukunya kalau menang itu yang masih membuat saya keteteran plus alasan-alasan di atas yang membuat semangat saya menurun. Tapi dinikmatin saja lah. Semua nanti pasti ada waktunya, *tetiba jadi bijak*.- Jika berkenan, follow blog irabooklover atau tambahkan di blogroll/bloglist/daftar bacaan kalian ;)
- Buat blog post yang berisi bookish talk
- Jika berkenan, sertakan juga button/gambar #SaturdayTalk di dalam postingan kalian dengan link menuju post ini XD
- Silakan tinggalkan link postingan kalian di kolom komentar post ini.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah menshare bookish talk-nya di hari Sabtu \^_^/
Last Forever by Windry Ramadhina #BookReview #BacaBukuPerpus
irabooklover September 10, 2019 #bacabukuperpus, Book Review, Gagas Media, Romance, Windry Ramadhina 8 comments
Blurb...
“Untuk berada di sisimu, aku harus membuang semua yang kumiliki. Duniaku. Apa kau sadar?” — Lana
Dua orang yang tidak menginginkan komitmen dalam cinta terjerat situasi yang membuat mereka harus mulai memikirkan komitmen. Padahal, bagi mereka, kebersamaan tak pernah jadi pilihan. Ambisi dan impian jauh lebih nyata dibandingkan cinta yang hanya sementara. Lalu, bagaimana saat menyerah kepada cinta, justru membuat mereka tambah saling menyakiti? Berapa banyak yang mampu mereka pertaruhkan demi sesuatu yang tak mereka duga?
My Review...
Aaaaaaaaaaaaaaaaa...saya suka sekali sama karya Windry Ramadhinaaaaaa!!!, *teriak pakai TOA*. Ini adalah buku ketiga beliau yang saya baca. Pertama adalah Memori, yang kedua Interlude. Tiga-tiganya saya suka dan tiga-tiganya saya pinjam dari perpustakaan, *eh*, *selfkeplak*. Sebenarnya saya sudah lama ingin mengoleksi semua buku Mbak Windry, tapi karena saya penggemar buku fantasi, jadi buku-buku roman selalu kalah prioritas. Mohon doanya semoga suatu hari nanti saya bisa mengoleksi semua novel karya Mbak Windry yak. Aamiin.Ngomong-ngomong, tema yang diangkat oleh novel ini nge-jleb banget. Bagi teman-teman yang sering main medsos, tentu pernah sesekali menemukan trending topic tentang pilihan hidup antara menikah atau tidak menikah.
Nah, dua tokoh utama kita di sini, Lana dan Samuel, sama-sama anti komitmen. Kata pernikahan tidak ada di kamus mereka.
Lana Lituhayu Hard, adalah seorang gadis blasteran Indonesia-Amerika yang bekerja sebagai seorang produser di National Geographic Channel di Washington. Lana sangat mencintai pekerjaannya. Dia senang pergi ke tempat-tempat eksotis di berbagai belahan dunia. Menurutnya, pernikahan hanya akan membuatnya kehilangan semua itu.
"Kau mudah saja bicara pernikahan. Buatmu, mungkin itu sakral dan indah, seperti dongeng yang berakhir bahagia selama-lamanya. Buatku, pernikahan berarti meninggalkan semua yang kumiliki saat ini." ---hlm. 313
Samuel Hardi, adalah seorang produser sekaligus sutradara film dokumenter yang sangat hebat. Di usia yang masih muda, dia pernah menyabet penghargaan bergengsi. Tak lama kemudian, dia sudah punya studio film sendiri. Jika National Geographic ingin membuat film dokumenter di Indonesia, maka studio film Hardi lah yang dipilih untuk bekerja sama. Sedangkan soal penampilan fisik, Samuel adalah tipe pria yang menjadi pujaan kaum hawa. Dia terkenal sebagai playboy. Menurutnya, pernikahan hanya akan menghilangkan keasyikan itu.
"Percayalah, menikah cuma akan menghilangkan keasyikan. Begitu terikat, lelaki dan perempuan berubah membosankan. Segala hal, bahkan seks, mereka lakukan semata-mata karena rutinitas dan kewajiban. Lalu, salah satu atau keduanya mulai menginginkan pasangan baru. Ujung-ujungnya mereka berpisah, Kalaupun tidak, mereka saling membenci sampai mati." ---hlm. 15
Lalu seperti apa hubungan Lana dengan Samuel?
Yaaah, Lana jatuh cinta pertama kali dengan film Samuel, bukan dengan orangnya, hihihi. Mereka kemudian bertemu dan saling tertarik satu sama lain. Mereka mempunyai kesamaan. Sama-sama suka film dan sama-sama tidak menginginkan komitmen.Masalah jarak dan sibuknya pekerjaan masing-masing membuat mereka jarang bertemu. Dan itu juga membuat Samuel dan Lana masing-masing menjadi spesial bagi satu sama lain.
Di pertemuan yang jarang itu, mereka berkencan dan bercinta. Dan setelah itu, Lana akan meninggalkan Samuel begitu saja untuk pulang ke Washington. Dan Samuel harus menunggu pertemuan mereka selanjutnya lagi untuk melampiaskan rasa frustasi sekaligus rasa rindu.
Ya, hanya Lana yang bisa meninggalkan Samuel seperti itu. Dan Samuel tidak bisa marah karenanya. Lana juga tidak bisa marah dengan gaya hidup Samuel yang suka gonta-ganti cewek saat dia tidak ada. Mereka benar-benar tidak ingin terikat.
Namun bisakah hubungan antara pria dan wanita berlangsung seperti itu selamanya?
Hmmm...sepertinya tidak, ya? Bahkan bagi Lana dan Samuel yang menganut paham kebebasan ala barat.Hubungan anti komitmen mereka ternyata mengalami masalah. Sesuatu telah terjadi. Sesuatu yang memaksa keduanya untuk mulai memikirkan komitmen.
Tema yang diangkat oleh novel ini sangat bagus. Tentang persoalan hidup antara menikah atau tidak menikah. Siapa pun yang masih berdebat tentang hal itu, saya rasa cocok sekali membaca buku ini agar bisa lebih mengendorkan urat leher yang terlanjur kencang. *ehem, kena keplak*.
"Dia dan Pat punya ideologi yang berbeda---kalau bukan bertolak belakang. Berdebat sepanjang apa pun, mereka tidak akan bisa menyamakan cara pandang mereka mengenai situasi ini." -- hlm. 132Menurut saya, perdebatan jenis ini hanya bisa dijawab oleh takdir Tuhan, *uhuk*. Kita boleh saja keras kepala seperti batu tentang masing-masing pilihan hidup ini, tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kita dihari esok. Kita bahkan tidak tahu dengan pasti apa yang terjadi dengan kita ditarikan napas berikutnya. Mungkin saja nanti terjadi "sesuatu" seperti kedua tokoh utama kita di atas. Sesuatu yang membuat mereka mulai harus mempertimbangkan untuk berpindah ke sisi yang sebelumnya mereka pandang sebelah mata. Jadi banyak-banyaklah berdoa kepada Tuhan agar memberikan jalan yang terbaik untuk kita, *religius mode on*.
Tentang Wanita yang Selalu Mengalah
Buku ini juga menyinggung isu tentang mengapa wanita yang tampaknya selalu mengalah di dalam sebuah pernikahan. Alasan lain bagi Lana atas sikapnya yang selama ini selalu anti komitmen.Ibu Lana adalah seorang penari profesional dari Indonesia yang sudah pernah pentas di berbagai panggung di seluruh dunia. Tetapi di saat karirnya sedang bagus-bagusnya, dia jatuh cinta dengan ayah Lana, seorang jurnalis sederhana dari Amerika. Gaji ayahnya tidak cukup untuk meminta bantuan seorang baby sitter untuk menjaga anak mereka. Dan tebak siapa yang harus mengalah meninggalkan profesinya? Jawabannya tentu saja ibu Lana.
"Padahal, bagi Ruruh, perempuan dilahirkan untuk mengalah. Karena, perempuan lebih kuat, lebih sanggup menerima kenyataan." ---hlm. 218
Sang ibu harus meninggalkan dunia tari yang sangat dicintainya demi keluarga. Lana pernah mengintip ibunya menari sendiri diam-diam di rumah dengan latar belakang cahaya senja. Bagi Lana, ibunya tampak seperti malaikat. Tapi kemudian seperti malaikat yang sayapnya patah, di tengah-tengah tariannya, ibu Lana menangis.
Lana yakin tangisan itu adalah tangisan penyesalan karena sang ibu tidak bisa menari lagi karena terjebak dalam sebuah komitmen. Sejak saat itu, Lana menjadi anti komitmen. Dia tidak akan mau mengalah dan mengorbankan karirnya.
Lalu bagaimana akhir kisah Lana dan Samuel? Apakah merekah akhirnya menyerah pada komitmen? Atau keduanya tetap memilih ego mereka masing-masing? Hayuuuk dibaca sendiri bukunya, hihihi.