Hanya mantra waktu kuno yang memisahkan demon dengan manusia––dan Artemis harus mencegah mantra itu runtuh. Jika dia gagal, kelompok makhluk haus darah itu akan berusaha kembali melaksanakan misi mereka: menghapus manusia dari muka bumi.
Hanya boleh ada satu pemenang––dan kali ini mungkin saja bukan Artemis Fowl orangnya.
Wah..wah..seri ini semakin seru saja. Sekarang kita diajak berkenalan dengan salah satu ras peri yang bernama Demon.
Ras Demon ini memilih untuk tinggal di suatu tempat di luar ruang dan waktu alih-alih di bawah tanah seperti kaum peri lainnya. Namun sayang, mantra pembatas yang membuat mereka terpisah itu mulai luntur. Para Demon mulai terlihat bermunculan di tempat-tempat acak.
Nah, seperti biasa, para jenius kita (baca Artemis dan Foaly) mulai melacak kemunculan Demon-Demon ini. Di luar dugaan, ditengah pelacakan tersebut, mereka bertemu manusia jenius baru dalam wujud gadis cantik yang usianya kurang lebih sama dengan Artemis. Gadis ini juga melacak para Demon namun untuk tujuan yang berbeda tanpa tahu kalau tujuannya tersebut bisa berakibat fatal terhadap eksistensi peri dan manusia sendiri.
Selain para Demon dan gadis jenius cantik, kita juga diajak berkenalan dengan pixie kriminal lain yang bernama Doodah Day. Entah kenapa saya membayangkan Doodah ini seperti Dobby dari buku Harry Potter. Si pixie yang bernama Doodah ini ternyata sangat pandai mengemudikan kendaraan apa saja, termasuk mobil mainan yang bisa tiba-tiba menjadi mobil balap di tangan Doodah Day, hihihi.
Meskipun saya menemukan banyak typo, tapi membaca buku ini tetap terasa menyenangkan. Petualangan Artemis sangat seru. Adu kejeniusan antara Artemis, Foaly dan si jenius baru sangat luar biasa, walaupun sebagian teori-teori yang mereka ucapkan sulit saya mengerti, wkwkwk. Humor-humor yang terselip juga lucu sekali. Sangat menghibur.
At last, saya tak sabar mau baca lanjutannya lagi. So, saya kasih 4 dari bintang untuk buku ini. I really liked it.