The Subtle Knife Book Review
irabooklover November 18, 2020 Book Review, Fantasy, Gramedia Pustaka Utama, Philip Pullman No comments
The Golden Compass Reread Review
irabooklover November 16, 2020 Book Review, Fantasy, Gramedia Pustaka Utama, Philip Pullman No comments
[Book Review] Solak by Triana Handayani dkk
irabooklover November 08, 2020 Book Review, Rindang Yuliani, SIP Publishing No comments
Solak's Review...
Solak's Blurb...
Kata saya setelah membaca Solak...
Kutipan favorit...
Pernah merasakan kecewa luar biasa? Apa sebabnya? Karena hatimu terlalu berharap bisa bahagia kepada sesama manusia. Padahal manusia untuk menjamin bahwa dia sendiri pasti bahagia saja, dia itu tak bakal bisa. Teman, belajarlah menata hati. Agar hatimu hanya berharap kepada Allah. ---hlm.111
Jangan pernah membenci dan memakiApalagi pada diri sendiriKarena setiap orang akan bersinar dengan caranya sendiriDi jalannya sendiri, ketika ia dicintaiKetika kau merasa bahwa dunia tiada yang mencintaiJanganlah kau turut membenciCintailah dirimu sendiri ---hlm. 127
[Book Character] Pentingnya Wanita Berpolitik
irabooklover Oktober 30, 2020 Book Character, FBB Kolaborasi 18 comments
Bismillahirrahmanirrahim...
Hai..hai..berjumpa kembali kita di postingan berlabel Book Character di blog saya. Kali ini judulnya tumben yak tentang politik?, hihihi. Iya, soalnya tulisan ini saya buat dalam rangka mengikuti event bulanan komunitas Female Blogger of Banjarmasin, yaitu FBB Kolaborasi sekaligus mengikuti lomba blog yang diadakan untuk merayakan ulang tahun ke-4 komunitas ini yang jatuh pada tanggal 6 Oktober kemarin. Happy 4th Anniversary ya FBB, wish you all the best!, *peluk*.
Baca juga: Banjar Female Blogger Stories
Baca juga: Proyek Baca Buku Perpustakaan 2020
Pentingnya wanita berpolitik...
Nah, sebelum saya cuap-cuap panjang lebar tentang tema Suara Perempuan Dalam Dunia Politik dan apa hubungannya dengan buku (karena ini adalah blog khusus buku), saya ingin memastikan apa sih arti kata "politik" menurut kbbi.kemdikbud.go.id. Ternyata artinya adalah:
1. n (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan): bersekolah di akademi --
2. n segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain: -- dalam dan luar negeri; kedua negara itu bekerja sama dalam bidang --, ekonomi, dan kebudayaan; partai --; organisasi --
3. n cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah): --dagang; -- bahasa nasional
Oke, arti yang ketiga sepertinya cocok dengan apa yang ingin saya tuliskan ketika pertama kali mengetahui tentang tema lomba dan apa yang bisa menghubungkannya dengan dunia buku.
Ya, tema ini mengingatkan saya kepada dua orang karakter wanita dari buku yang baru saja saya baca. Yang satu memiliki kepercayaan diri dan keberanian yang besar untuk memastikan suaranya didengar. Yang kedua memiliki kebijaksanaan yang luar biasa sehingga bisa mengubah sifat sang tokoh utama yang awalnya badung menjadi manis dengan cara yang hanya bisa dilakukan oleh wanita sehingga semuanya merasa senang alih-alih sakit hati. Keduanya memiliki posisi yang tinggi di "lingkungan politiknya" masing-masing.
Siapa karakter-karakter buku yang saya maksud? Here we go!
Baca juga: The Help by Kathryn Stockett
Mrs Coulter dan kekuasaannya...
Mrs Coulter adalah karakter antagonis dari buku The Golden Compass karya Philip Pullman. Cantik, pintar, berambisi, serta memiliki keberanian dan kepercayaan diri yang luar biasa.
Baca juga: How to Win Friends and Influence People
Tidak mengherankan jika Mrs Coulter mampu membuat semua orang mematuhi keinginannya. Mulai dari anak-anak, cendekiawan, petinggi gereja, sampai raja beruang berbaju besi nun jauh di kutub utara sana.
Tak seorang pun bisa bicara. Mereka semua menatap, tiba-tiba tersipu. Mereka belum pernah bertemu wanita seperti ini; ia begitu anggun dan manis serta ramah sehingga anak-anak itu merasa nyaris tak layak menerima nasib sebaik ini, dan apa pun yang diminta wanita ini, mereka akan dengan senang hati menyerahkannya agar bisa berada di dekatnya sedikit lebih lama. ---The Golden Compass, hlm. 61
Karena Mrs Coulter digambarkan sebagai tokoh antagonis, jelas bukan sifat-sifat antagonisnya yang akan kita tiru ya, hihihi.
Baca juga: Teh dan Pengkhianat
Yang perlu digarisbawahi dari Mrs Coulter adalah hal-hal yang berhasil dicapainya karena dia berhasil menemukan cara agar suaranya didengar. Padahal sebelumnya, Mrs Coulter bisa dibilang berada di bawah bayang-bayang orang lain yang sama pintar dan berkuasanya dengan dia.
Mrs Coulter berhasil memperoleh dukungan lembaga yang paling berkuasa saat itu untuk melakukan sesuatu yang tampak mustahil, memerlukan biaya besar dan terletak jauh di kutub utara. Mrs Coulter tahu apa yang diinginkannya dan memiliki keberanian untuk mencapainya. Mrs Coulter memiliki kekuasaan dengan caranya sendiri.
Baca juga: Yes, You Can! by Ollie
Rita dan kebijaksanaannya yang mampu mengubah anak badung menjadi anak yang manis...
Rita adalah karakter pendukung dari buku Cewek Paling Badung Di Sekolah karya Enid Blyton. Rita memiliki posisi sebagai Ketua Murid dari asrama perempuan sekolah Whyteleafe.
Baca juga: Seri Kumbang oleh Enid Blyton
Di sekolah asrama Whyteleafe, ada murid baru yang kaya dan manja, sang tokoh utama, bernama Elizabeth Ellen. Elizabeth bertekad untuk menjadi anak paling badung di sekolah agar dia di keluarkan dan bisa pulang ke rumahnya yang nyaman lagi.
Hampir semua orang kesal dengan tingkah Elizabeth. Tapi tidak dengan Rita. Meskipun Elizabeth membuat kesalahan, Rita tetap ramah kepadanya.
"Ya, aku mengerti Rita," kata Elizabeth. Girang hatinya bahwa Rita berbicara dengan nada lembut padanya.---Cewek Paling Badung di Sekolah, hlm.216
Rita juga memberi kesempatan kepada Elizabeth untuk menceritakan alasan dibalik tingkah badungnya. Sikap Rita membuat Elizabeth sadar dan ingin mencontoh kebijaksanaan Rita.
"Ya, memang," kata Elizabeth. "Tetapi dalam waktu yang singkat itu telah banyak yang kupelajari. Alangkah baiknya kalau aku bisa bijaksana seperti engkau atau William." ---Cewek Paling Badung di Sekolah, hlm. 239
Sikap Rita yang tetap ramah kepada siapa saja meskipun dia adalah seorang murid senior dengan posisi ketua murid terasa menyenangkan. Kebijaksanaan yang dimilikinya juga menenangkan.
Kesimpulan...
IMO, kedua karakter wanita di atas memberikan contoh mengapa suara wanita perlu ada di dalam dunia politik.
Baca juga: Pemilihan Duta Baca Kabupaten Hulu Sungai Utara
Dari Mrs Coulter, saya mendapatkan pelajaran bahwa kita perlu memperdengarkan suara kita kepada orang-orang yang memiliki kekuasaan. Apalagi jika yang berkuasa itu dari pihak laki-laki, *eh*.
Karena sebesar apapun empati yang dimiliki oleh kaum lelaki kepada kaum wanita, mereka tetaplah laki-laki bukan wanita. Mereka tidak akan pernah merasakan bagaimana rasanya saat kaum wanita "dibungkam suaranya".
Baca juga: Animal Farm by George Orwell
Dari Rita, saya mendapatkan pelajaran bahwa wanita lebih mudah mendengar dan didengar oleh sesama wanita. Rita perlu ada untuk mewakili suara dari asrama perempuan. Sejajar dengan posisi William yang mewakili suara dari asrama laki-laki sebagai ketua murid.
Elizabeth jelas lebih mudah "curhat" kepada Rita daripada kepada William. Dan Rita akhirnya bisa menemukan alasan dibalik sikap badung Elizabeth dan menemukan solusinya.
So, wanita perlu berpolitik agar ada yang memperjuangkan hak-haknya. Agar bisa menjadi perwakilan bagi wanita lain. Agar para wanita lain bisa menyampaikan aspirasinya dengan lebih nyaman sebagai sesama kaum hawa.
Daaaan juga sebagai pengingat bagi kaum laki-laki yang mungkin terlena dengan kekuasaan yang diberikan langsung oleh Tuhan kepada mereka. Bagaimanapun versi praktiknya yang benar, saya rasa melarang wanita untuk berkembang atau memperlakukan wanita layaknya "budak" bukanlah diantaranya.
Baca juga: Mom, Are You Happy?
Oke, itulah pendapat saya tentang pentingnya wanita berpolitik. Bagaimana dengan kalian? Yuk dishare ;)
[Friday Wishlist] P.S. I Still Love You by Jenny Han
irabooklover Oktober 02, 2020 Friday Wishlist, Non Review 6 comments
Lara Jean tidak mengira akan benar-benar jatuh cinta pada Peter. Dia dan Peter tadinya hanya berpura-pura. Tapi tiba-tiba saja mereka tidak lagi pura-pura. Sekarang, Lara Jean tambah bingung dengan perasaannya dan juga dengan situasi yang dia hadapi. Saat seorang pemuda dari masa lalunya tiba-tiba kembali ke dalam kehidupannya, percikan yang pernah dia rasakan pun kembali. Bisakah seorang gadis jatuh cinta pada dua pemuda sekaligus?
Buku ini adalah sekuel dari To All the Boys I’ve Loved Before, tempat kita bisa merasakan cinta pertama lewat Lara Jean.
Cinta tidak pernah mudah, tapi mungkin itulah yang membuatnya luar biasa.
- Jika berkenan, follow blog irabooklover atau tambahkan di blogroll/bloglist/daftar bacaan kalian ;)
- Buat blog post yang menceritakan tentang buku atau segala hal mengenai buku yang menjadi wishlist kalian serta sertakan alasan kenapa kalian menginginkannya. Jika berkenan, sertakan juga button/gambar #FridayWishlist di bawah ini di dalam postingan kalian dengan link menuju post ini XD
- Silakan tinggalkan link postingan kalian di kolom komentar post ini.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah menshare book wishlist-nya di hari Jumat \^_^/
[Saturday Talk] Buku dan Hari Pelanggan Nasional
irabooklover September 05, 2020 FBB Kolaborasi, Non Review, Saturday Talk 28 comments
Bismillahirrahmanirrahim...
Hai...hai..., berjumpa kembali kita di event FBB Kolaborasi, sebuah event posting bareng bulanan dengan tema tertentu khusus untuk anggota komunitas Female Blogger Banjarmasin. Nah, bulan ini, temanya adalah Hari Pelanggan Nasional.
Hari Pelanggan Nasional...
Tema posting bareng bulan ini adalah Hari Pelanggan Nasional yang diperingati setiap tanggal 4 September. Setelah tanya-tanya Google, saya menemukan situs Hari Pelanggan Nasional. Dan setelah membaca halaman "About", saya menemukan kata-kata yang menarik perhatian saya seperti yang saya kutip di bawah ini:
Melayani pelanggan barangkali sudah menjadi kewajiban di banyak perusahaan. Namun mencoba memahami pelanggan sebagai jiwa bagi perusahaan mungkin belum berhasil diwujudkan. Boleh jadi karena kedudukan perusahaan selalu ada di atas pelanggan. Bisa juga karena mereka tidak pernah bisa memahami pelanggan.Memahami pelanggan bukanlah pekerjaan semusim. Harapan pelanggan yang selalu meningkat membuat semua pelanggan tidak pernah sepakat untuk mengatakan bahwa mereka benar-benar terpuaskan. Oleh karena itu Hari Pelanggan Nasional dapat menjadi momen yang tepat untuk memompa semangat perusahaan dalam memuaskan pelanggan.
Tidak ada kata terlambat, karena setiap perusahaan saat ini pun masih berjuang menemukan apa yang paling bernilai bagi pelanggan.
Sebagai seorang pelanggan, sisi angel dari diri saya mengatakan kalau kata-kata di atas manis sekali. Senang rasanya ketika mengetahui kalau setiap perusahaan selalu berusaha keras untuk memahami dan memuaskan pelanggan-pelanggannya.
Tapi sisi devil saya justru lebih fokus pada kata-kata di paragraf pertama. Tentang sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk melayani pelanggan. Tentang perusahaan yang belum bisa mewujudkan untuk mencoba memahami pelanggan sebagai jiwa perusahaan. Tentang perusahaan yang merasa selalu ada di atas pelanggan. Dan tentang perusahaan yang tidak pernah bisa memahami pelanggan.
Kesalahpahaman antara penerbit dan penimbun?...
Paragraf pertama tersebut mengingatkan saya pada timeline Twitter saya kurang lebih satu bulan yang lalu, dimana saat itu para pecinta buku sedang ramai membicarakan tweet dari salah satu penerbit yang menurut saya sangat terkenal.
Sayang, tweet tersebut sepertinya telah dihapus. Kalau tidak, mungkin bakalan saya screenshoot dan tampilkan di sini, ehehehe, *jahat*.
Tweet tersebut seingat saya bunyinya begini:
Kok ada ya orang yang membeli buku tapi tidak dibaca?
Perasaan saya ketika membaca tweet tersebut sebenarnya adalah biasa saja. Karena saya akan menjawab pertanyaan tersebut dengan "Ya, ada. Itu saya."
Yeap, saya termasuk orang yang dimaksud, hihihi. Saya sering membeli buku tapi tidak langsung saya baca alias ditimbun dulu, bacanya ntar nanti kapan-kapan kalau sempat, *kena timpuk*.
Bahkan kadang ada yang hanya saya baca beberapa lembar karena ternyata bukunya "not my cup of tea". Kalau sudah begitu, biasanya bukunya bakalan saya jual kembali atau saya jadikan hadiah giveaway, ehehehe, *dikeplak masa*.
Yang membuat saya kaget dan pada akhirnya merubah pandangan saya adalah justru reaksi sebagian teman-teman booklovers di Twitter. Banyak yang merasa...errrr..."tidak nyaman" dengan tweet tersebut.
Alasannya adalah karena buku tersebut sudah mereka beli dengan uang mereka sendiri, jadi bukunya mau langsung dibaca atau ditimbun dulu mereka rasa adalah hak mereka.
Beda ceritanya kalau buku tersebut didapat dari hasil "buntelan" dengan syarat dan ketentuan tertentu.
Baca juga: Saya dan Ordo Buntelan
Dan yang membuat saya lebih kaget lagi adalah beberapa teman book blogger bilang kalau sindiran terhadap para penimbun buku ini bukan hanya sekali, tapi sudah berkali-kali dan bukan hanya oleh satu penerbit. Wah..wah..sabar ya teman-teman.
Honestly, saya lebih setuju dengan para booklovers. Saya rasa para penerbit tersebut mungkin harus berterima kasih kepada para penimbun buku karena masih berkenan membeli buku legal terbitan mereka di tengah rendahnya minat baca Indonesia dan kecenderungan orang-orang untuk lebih memilih membaca buku bajakan.
Baca buku: Di Sini Sepi
Selain itu, buku juga bukanlah kebutuhan primer, hanya orang-orang tertentu yang mau menyisihkan sekian persen dari penghasilannya untuk membeli buku cetak atau digital asli yang harganya masih cukup mahal kalau menurut standar kantong saya, hohoho.
Tentang keharusan untuk langsung membaca, well, memang idealnya seperti itu sih ya. Ketika sebuah buku baru terbit, kita beli bukunya, langsung kita baca, terus kita rusuhin tentang bagusnya buku tersebut ke orang sekitar dan media sosial mumpung lagi hangat-hangatnya, terus orang lain pada tertarik untuk membeli dan membaca buku itu juga, jadi penjualan buku dari penerbit tersebut meningkat. Mungkin itu kali ya maunya si penerbit. Mungkin juga sih, *sotoy mode on*
Alasan saya menjadi seorang penimbun...
Nah, mumpung lagi momen Hari Pelanggan Nasional, saya akan menjelaskan alasan kenapa saya sebagai seorang pelanggan buku tidak selalu langsung membaca buku yang saya beli. Mungkin ini bisa menjadi bahan untuk kalian dalam rangka "memahami pelanggan", *uhuk*. Itu juga kalau kalian baca sih, wkwkwk.
Saya tidak tahu apa alasan para penimbun lain untuk menimbun buku mereka. Tapi untuk saya pribadi, "so many books, so little time" adalah salah satu alasan kenapa saya menjadi seorang penimbun buku.
Baca juga: Hukum Kekekalan Timbunan
Sejak resmi melepas status "jomlo pengangguran", timbunan buku saya jadi semakin tinggi. Saya tidak bisa bebas membaca buku saat jam kerja bahkan di saat jam istirahat sekalipun karena akan beresiko dibilang makan gaji buta, *eh*. Saya juga tidak bisa langsung membaca buku setelah pulang kerja karena pekerjaan rumah tangga yang sudah menanti. Belum lagi waktu untuk suami dan anak. Sekarang saya hanya bisa tenang membaca buku saat orang rumah sudah pada tidur, *uhuk*.
Terus kenapa saya beli kalau ujung-ujungnya ditimbun juga? Kenapa tidak dibeli pas nanti kira-kira punya waktu luang untuk membaca saja?
Hmmm, itu karena saya pernah menunda-nunda membeli sebuah buku. Mengira buku tersebut bakalan masih nangkring manis di toko buku menunggu saya menjemputnya. Eh ternyata saya salah. Buku tersebut ternyata sudah habis terjual saat saya datang kembali untuk membelinya dan sampai sekarang tidak pernah dicetak ulang lagi, *hiks*.
Jadi semoga alasan ini bisa diterima, wkwkwk. Ketika keinginan untuk membeli buku datang, saya tidak pernah terpikir untuk tidak membaca mereka. Saya benar-benar ingin membaca mereka, makanya saya beli.
Hanya saja keinginan saya untuk membeli dan membaca sebuah buku kadang tidak bisa dibendung. Kadang saya bisa kalap tak ketulungan. Dan hal ini tidak dibarengi dengan tambahan waktu yang saya punyai untuk langsung membaca mereka.
Baca juga: Bookish Confession
Pergeseran pertimbangan saya ketika ingin membeli sebuah buku...
Meskipun "rusuh" akibat tweet penerbit tersebut tidak sampai membuat saya ikut an rusuh juga di Twitter, tapi somehow, sedikit banyak hal tersebut jadi mempengaruhi pertimbangan saya untuk membeli sebuah buku.
Dulu, saya sama sekali tidak ragu untuk membeli buku yang menarik hati saya. Sekarang saya jadi kebanyakan mikir dan kebanyakan ujung-ujungnya tidak jadi beli.
Entah kenapa saya jadi terus kepikiran tentang penerbit yang mungkin ilfil karena bukunya dibeli tapi tidak langsung atau tidak bakalan pernah dibaca. Jadi lebih baik tidak saya beli saja daripada nanti membuat mereka sakit hati kan?, hahhah, *jadi nyinyir*. Ntah sampai kapan baperan saya tentang hal ini berakhir, wkwkwk.
Sisi positifnya, saya jadi lebih hemat dan sedikit demi sedikit mulai bisa mengurangi timbunan buku saya. Saya bahkan optimis bahwa nanti akhirnya, dalam waktu dekat, semua timbunan saya akan habis saya baca. InsyaAllah.
Sisi negatifnya mungkin nanti saya bakalan menyesal kalau kejadian buku habis stok dan tidak dicetak ulang lagi seperti dulu itu terulang kembali.
Saya jadi kepikiran juga tentang betapa tingkah laku perusahaan bisa mempengaruhi reaksi pelanggan untuk tetap membeli atau menggunakan jasa mereka. Keliru sedikit saja kemungkinan bisa berdampak besar.
Saya sedikit ngeri juga ketika melihat banyak diantara teman-teman yang kontra terhadap tweet tersebut sebenarnya adalah pecinta buku yang sama sekali tidak ragu menyisihkan penghasilan mereka untuk membeli buku sebanyak apapun yang mereka mau. Semoga mereka tidak baperan seperti saya dan tetap rajin membeli buku, hihihi.
Kesalahpahaman antara penulis dan kritikus buku...
Peristiwa ini juga jadi mengingatkan saya kepada seorang penulis terkenal yang ilfil kepada kritikus buku. Kata-kata beliau yang tajam terhadap para kritikus buku masih betah nangkring di salah satu media sosialnya padahal hal itu sudah berlangsung cukup lama.
Kata-kata tersebut masih mempengaruhi saya sampai sekarang. Keinginan saya untuk membaca buku-buku beliau jadi "bablas". Padahal beberapa waktu sebelum itu, buku-buku beliau sempat menjadi antrian buku berikutnya yang bakalan saya baca.
Saya sudah berusaha keras untuk mencoba membaca buku beliau kembali dan mengabaikan kata-kata itu karena saya sama sekali tidak menganggap diri saya sebagai seorang kritikus buku profesional dan saya tidak pernah mengkritik buku beliau atau setidaknya saya rasa tidak pernah, *selfkeplak*. Tapi entah kenapa saya jadi keingat terus, huhu.
Saya tidak tahu mesti senang atau tidak karena ada beberapa pecinta buku lain yang juga masih merasakan hal yang sama.
Masalahnya, kata-kata beliau ini terasa mengarah kepada para book reviewer di media sosial, baik yang sudah profesional maupun yang masih kemarin sore seperti saya.
Yang saya sayangkan adalah para book reviewer ini setahu saya adalah orang-orang yang sudah berkomitmen untuk selalu membeli ataupun membaca buku legal baik yang digital ataupun cetak. Orang-orang yang masih bisa meluangkan waktu mereka untuk membaca buku. Dan orang-orang yang masih sempat memberikan feedback pula berupa kesan, pesan, kritik atau saran yang jujur terhadap terhadap buku yang mereka baca.
Meskipun saya akui kadang para book reviewer ini memang ada kata-katanya yang kelewat pedas sih ya. Bisa dimaklumi kalau beberapa penulis jadi tersinggung dan marah karena bisa berefek ke jumlah penjualan buku mereka.
Tapi saya rasa kurang bijak juga jika mereka membalas dengan sama pedasnya karena kemungkinan bisa menjatuhkan image mereka sebagai seorang public figure dan ujung-ujungnya juga bisa berpengaruh ke keinginan seseorang untuk membaca buku karya mereka.
Seandainya saja si penulis tadi tahu seberapa banyak pembaca yang memuji-muji karya beliau tanpa cela tapi ternyata merekalah orang-orang yang membaca buku beliau yang versi digital bajakan.
Seriously, saya pernah bertemu dengan mereka. Mereka semangat sekali merekomendasikan buku karya beliau untuk dibaca dan dengan murah hati bersedia membagikan buku bajakan dengan format pdf secara gratis.
Setelah dikasih tahu kemungkinan besar pdf yang mereka bagikan itu termasuk buku bajakan, mereka bilang, "oh maaf kami tidak tahu", tapi tetap saja ada yang nge-share, hahhah, whatever.
Tapi yang paling membuat saya was-was adalah ketika mendengar mereka punya rencana untuk mengundang si penulis dalam sebuah acara temu penulis.
Yang mengikuti media sosial si penulis dan sering membaca bagaimana kerasnya status beliau terhadap pembaca buku-buku bajakan mungkin bisa membayangkan bagaimana reaksi beliau jika acara temu penulis ini benar-benar terlaksana dan mungkin saja ada yang keceplosan sehingga si penulis mengetahui bahwa para penggemar yang mengundang beliau inilah yang ternyata telah membaca dan saling sharing buku beliau versi digital bajakan.
Jadi, IMO, saya rasa, penerbit dan penulis yang saya maksud di atas memulai "rusuh" dengan orang-orang yang kurang tepat. Mereka mungkin belum memahami pelanggan, atau merasa sudah terkenal dan menjadi terlalu merasa berada di atas pelanggan. Tapi entahlah, itu cuma dugaan saya saja, jadi jangan terlalu dianggap serius, ehehehe.
At last, dimomen Hari Pelanggan Nasional ini, saya sebagai seorang pelanggan berharap baik perusahaan ataupun pelanggan sendiri bersikap sopan dan tidak berlebihan menyampaikan kritik jika satu atau kedua belah pihak tidak merasa puas terhadap produk atau feedback yang diberikan oleh masing-masing pihak. Semoga semua tujuan yang melatarbelakangi ditetapkannya Hari Pelanggan Nasional ini bisa diwujudkan.
Selamat Hari Pelanggan Nasional ya teman-teman \^_^/
- Jika berkenan, follow blog irabooklover atau tambahkan di blogroll/bloglist/daftar bacaan kalian ;)
- Buat blog post yang berisi bookish talk
- Jika berkenan, sertakan juga button/gambar #SaturdayTalk di dalam postingan kalian dengan link menuju post ini XD
- Silakan tinggalkan link postingan kalian di kolom komentar post ini.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah menshare bookish talk-nya di hari Sabtu \^_^/
Seni Membuat Hidup Jadi Lebih Ringan, A Book Review
irabooklover Agustus 31, 2020 Francine Jay, Gramedia Pustaka Utama, Monday Book Review, Self Help 2 comments
Blurb...
Pernah merasa terbebani dalam hidup? Seakan barang di rumah, daftar pekerjaan yang harus dilakukan, dan kekhawatiran di hati Anda terlalu banyak untuk ditanggung? Jadikan “hidup ringan” sebagai mantra: frasa yang indah untuk dijalani dan akan mengubah kehidupan Anda.Ada banyak buku tentang mengurangi dan menata barang, tapi yang satu ini berbeda. Lebih dari meringkas barang, buku ini akan memperbaiki kualitas pikiran dan tindakan Anda pada setiap kesempatan serta aspek kehidupan.
Anda akan menemukan cara memperingan:
- Barang Anda: menciptakan ruang damai yang dihuni oleh barang-barang kesukaan Anda
- Langkah Anda: mengurangi konsumsi dan hidup secara selaras dengan alam
- Stres Anda: mengurangi kesibukan dan menghirup udara segar selagi menjalani hari
- Semangat Anda: menyingkirkan beban emosional dari pikiran dan hati Anda
Ini adalah buku resep untuk hidup minimalis, yang dirancang agar Anda bisa melongoknya tiap kali membutuhkan saran dan inspirasi. Lebih dari itu, buku ini adalah falsafah hidup yang lengkap. Saat tergoda melakukan pembelian yang impulsif, berusaha menahan godaan donat cokelat, atau berjuang menolak kewajiban lain, yang harus Anda ingat hanyalah satu frasa ini: “hidup ringan”.
Kata saya setelah membaca buku ini...
Tips untuk membuat pekerjaan rumah tangga menjadi lebih ringan...
Yang mana impianmu, yang mana impian orang lain...
- Follow blog irabooklover via akun Google atau tambahkan di blogroll/bloglist/daftar bacaan kalian.
- Buat blog post yang berisi review buku di hari Senin.
- Sertakan button/ikon/banner/gambar Monday Book Review di bawah ini di dalam postingan kalian dengan link menuju post ini.
- Silakan tinggalkan link postingan kalian di kolom komentar post ini.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah menshare book review-nya di hari Senin \^_^/
The Fearsome Firebird, A Book Review
irabooklover Agustus 24, 2020 Fantasy, H.C. Chester, Lauren Oliver, Mizan Fantasi, Monday Book Review, Noura Books 4 comments
The Fearsome Firebird's Blurb...
Patung-patung Menjerit telah dienyahkan dari Museum Aneh tapi Nyata Dumfrey. Kini saatnya memperkenalkan Burung Api. Namun, burung yang pintar bicara itu selalu melontarkan ejekan kepada siapa pun yang berani dekat-dekat sehingga mustahil menampilkannya ke muka publik. Padahal, atraksi Jenderal Farnum juga harus batal karena 100 kutunya tewas. Sang tertuduh adalah Erskine, si pembasmi hama, yang kemudian ditemukan mati terbunuh. Jenderal Farnum pun menjadi tersangka!Kata saya setelah membaca The Fearsome Firebird...
Cerita yang masih terkesan gloomy bagi saya tapi cukup seru walaupun saya masih lebih suka buku keduanya.Jadi di buku ketiga ini, selain 4 anak berbakat nan cerdas yang sudah kita kenal, ada beberapa penghuni baru di museum. Ada Jenderal Farnum dan kutu-kutunya yang bisa beratraksi serta burung api yang doyan berkata-kata kasar.
Mereka bisa dibilang mengakibatkan masalah atau malah mengakibatkan keberuntungan karena ternyata bisa menjadi petunjuk untuk Pippa, Thomas, Sam dan Max ke sebuah misteri yang lebih besar.
IMO, kasusnya tidak terlalu bikin penasaran sehingga saya masih sempat mencatat kutipan-kutipan bijaknya. Bisa jadi poin plus untuk buku ketiga ini beserta ilustrasi covernya yang masih tidak kalah cantik dari dua buku pendahulunya.
Sayang, saya sedikit kurang puas dengan endingnya. Ini adalah tipe ending yang kalau menurut saya masih berpotensi menimbulkan cerita baru, *uhuk*.
Kutipan-kutipan favorit saya dari buku The Fearsome Firebird...
"Itulah hal sulit tentang tindak kekerasan.Terlepas dari keyakinan Rattigan, kekerasan tidak bisa dimusnahkan begitu saja. Kekerasan tak ubahnya bakteri. Kekerasan justru melahirkan kekerasan baru dan begitu seterusnya, seperti penyakit menular."---hlm. 86"Suatu hari kelak, mereka harus meninggalkan Mr. Dumfrey. Namun, siapa yang akan menjaga Mr. Dumfrey ketika saat itu tiba?---hlm. 148
"Kalian sudah besar," kata Mr. Dumfrey, seolah membaca pikiran Pippa. "Di dunia ini, banyak orang yang seperti Rattigan, tapi banyak juga hal yang indah dan luar biasa. Kalian mesti melihat semuanya, dengan mata kepala kalian sendiri. Jadi, pergilah."---hlm. 148"Namun, dia sendiri tahu bahwa pembunuh adakalanya memiliki kedok berupa wajah yang biasa-biasa saja. Alangkah praktis, pikir Thomas, andaikan niat semua orang tergambar jelas di wajah mereka. Sebaliknya, justru orang-orang seperti Monsieur Cabillaud yang dinilai aneh, sedangkan monster bebas berparade di jalanan sambil menyunggingkan senyum normal."---hlm. 155
- Follow blog irabooklover via akun Google atau tambahkan di blogroll/bloglist/daftar bacaan kalian.
- Buat blog post yang berisi review buku di hari Senin.
- Sertakan button/ikon/banner/gambar Monday Book Review di bawah ini di dalam postingan kalian dengan link menuju post ini.
- Silakan tinggalkan link postingan kalian di kolom komentar post ini.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah menshare book review-nya di hari Senin \^_^/
The Screaming Statue, A Book Review
irabooklover Agustus 03, 2020 Fantasy, H.C. Chester, Lauren Oliver, Mizan Fantasi, Monday Book Review, Noura Books, Share Link FBB 16 comments
Blurb...
Kepala Mengerut telah berlalu, kini saatnya Patung-Patung Menjerit beraksi untuk membuat para pengunjung terpaku. Diorama lengkap TKP pembunuhan yang mencekam, mulai dari ranjang sampai noda darah. Seorang wanita kaya yang cantik digetok sampai mati oleh sang suami! Dumfrey yakin ini adalah salah satu ide paling brilian yang pernah dia ciptakan.Nyatanya tidak. Tidak ada pengunjung yang datang ke museum, para penampil mulai bersitegang, dan mereka terancam kelaparan. Yang lebih buruk, bisa jadi museum akan segera ditutup dan mereka semua akan hidup luntang-lantung. Belum lagi beberapa kasus pembunuhan yang seolah menjadi kutukan dan terus membawa-bawa nama museum. Sam, Pippa, Thomas, dan Max harus melakukan sesuatu!
My review of The Screaming Statue...
Pematung bukhan semata-mata membentuk hidung, mata, telinga, dan tulang pipi." ... "Khami mesti memahat jiwa!" ---hlm.27
IMO, buku ke-dua ini lebih seru dari yang pertama. Saya sampai tak sempat menandai kutipan-kutipan favorit saking penasarannya dengan endingnya. Begitu sampai di bagian endingnya...wuih...malah makin bikin rasa penasaran saya semakin menjadi-jadi.
- Follow blog irabooklover via akun Google atau tambahkan di blogroll/bloglist/daftar bacaan kalian.
- Buat blog post yang berisi review buku di hari Senin.
- Sertakan button/ikon/banner/gambar Monday Book Review di bawah ini di dalam postingan kalian dengan link menuju post ini.
- Silakan tinggalkan link postingan kalian di kolom komentar post ini.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah menshare book review-nya di hari Senin \^_^/