Magic in the Mix Book Review
irabooklover Desember 28, 2020 Fantasy, Kathryn Littlewood, Mizan Fantasi, Noura Books No comments
Magic in the Mix Book Review...
Ini Dia Si Paling Badung Book Review
irabooklover Desember 28, 2020 Book Review, Children, Enid Blyton, Gramedia Pustaka Utama No comments
Ini Dia Si Paling Badung Book Review...
Pollyanna Book Review
irabooklover Desember 28, 2020 Children, Classic, Eleanor H. Porter, Orange Books No comments
Pollyanna Book Review
Si Badung Jadi Pengawas Book Review
irabooklover Desember 20, 2020 Book Review, Children, Enid Blyton, Gramedia Pustaka Utama No comments
Si Badung Jadi Pengawas Book Review
How The Secret Changed My Life Book Review
irabooklover Desember 13, 2020 Book Review, Gramedia Pustaka Utama, Rhonda Byrne, Self Help No comments
***
How The Secret Changed My Life - Rhonda Byrne - Gramedia Pustaka Utama, 2017 - 321 hlm
***
Saya pernah mencoba mempraktikkan The Secret tapi tidak betul-betul mempercayainya. Jika berhasil pun saya menganggapnya hanya kebetulan semata.
Saya pernah membaca di salah satu buku dari seri The Secret bahwa untuk menarik hal positif dalam hidup, kita tidak bisa merasa biasa-biasa saja, tapi harus merasa luar biasa.
Kalimat ini memberikan pemahaman baru dan seharusnya membuat saya bersemangat untuk mempraktikkan cara berpikir positif tapi yang terjadi malah sebaliknya. Saya menyerah untuk selalu merasa bahagia luar biasa.
Sulit rasanya merasa bahagia luar biasa karena saya tinggal di lingkungan yang biasa-biasa saja dan dikelilingi orang-orang yang selalu merasa biasa-biasa saja dan melakukan aktivitas yang biasa-biasa saja.
Sampai akhirnya saya membaca buku ini dan menemukan momen "aha" kedua, tepatnya di halaman 12 pada kalimat:
"Kemudian aku melihat nasihat yang tertulis di cek itu: RASAKAN PERASAAN YANG BAIK. Aku langsung meraih telepon suamiku dan membuka album foto putriku yang berusia dua tahun. Melihat senyum manisnya, aku merasa sangat bahagia dan di dalam hati aku tahu aku berada di jalan yang benar."
Saya mendapat pemahaman baru lagi tentang bagaimana saya harus merasa setelah membaca kalimat di atas.
Saya mungkin belum mampu merasakan rasa syukur yang mendalam atas segala hal yang diberikan Tuhan sampai berlinang air mata seperti yang dicontohkan oleh kisah-kisah lain di buku ini. Apalagi mempraktikkan teknik visualisasi ataupun selalu merasa bahagia luar biasa atas segala hal yang terjadi di dalam hidup saya.
Tapi untuk sekedar merasa enak saya rasa saya bisa. Saya juga punya putri berusia 2 tahun. Dan benar, melihat senyum manisnya saja bisa membuat saya merasa sangat bahagia.
Saya merasa terinspirasi untuk merasa bahagia setelah membaca buku ini. Tips yang diberikan terasa simpel dan mudah untuk dilakukan. Mari merasa bahagia sekarang juga. Let's smile
[Bookish Talk] Hadiah Terindah untuk Ibu Versi Murid-Murid Whyteleafe
irabooklover Desember 13, 2020 Bookish Talk, Non Review No comments
Bismillahirrahmanirrahim...
*SPOILER ALERT*
Hadiah Terindah untuk Ibu...
Kejutan manis untuk ibu versi Elizabeth Allen...
"Sebetulnya kau bisa menjadi anak manis," hampir semua pengasuhnya berkata demikian padanya. "Tetapi yang selalu kau pikirkan hanyalah bagaimana caranya bisa berbuat nakal dan berlaku kurang ajar."Inilah yang terpikir oleh Bu Allen waktu Elizabeth berkata bahwa ia akan nakal sekali, agar bisa diusir dari sekolah. Nyonya Allen mengawasi putrinya dengan putus asa. Ia sangat mencintai Elizabeth. Ia Ingin Elizabeth selalu berbahagia.... (hlm. 8)
Nyonya Allen terus mengikuti putrinya, sambil bertanya-tanya dalam hati, bagaimana anak ini bisa begitu banyak berubah? Benarkah ini Elizabeth-nya? Begitu sopan, begitu gembira? Semua anak tampaknya senang pada Elizabeth.
...
"Selamat pagi, Nona Best," sapa Nyonya Allen. "Elizabeth baru saja membawaku berkeliling. Dan sungguh, ia tampak begitu bahagia dan senang. Anda telah banyak sekali mengubah sifatnya. Sekarang aku sangat bangga padanya!"
...
"Jadi kau mau tetap tinggal di sini?" tanya Nyonya Allen heran pada Elizabeth. "Oh, aku senang sekali! Sungguh suatu kejutan manis!" (hlm. 259-260)
Membuat ibu bangga versi Kathleen Peters...
Kathleen Peters berwajah agak pucat berbintik-bintik. Rambutnya tak pernah bisa rapi, wajahnya menggambarkan suaatu perasaan yang tak menyenangkan---bagaikan cemberut terus menerus. (hlm. 18)
"Tapi tak mungkin ada orang yang bisa bersahabat dengan Kathleen," kata Elizabeth. "Benar-benar tak mungkin! Kau tidak sekelas dengan kami sih, jadi tak bisa mengetahui betapa menjengkelkannya dia itu."Memang benar Kathleen menjengkelkan. Ia selalu menggerutu tentang sesuatu. (hlm. 75)
Bukan saja selalu bertengkar dengan teman-temannya, menuduh mereka membicarakannya, tetapi Kathleen juga sering bertengkar dengan guru-gurunya. Bila ada guru yang menyalahkannya, Kathleen langsung membela diri, menyatakan bahwa dirinyalah yang benar, dan gurunya salah. (hlm. 76)
Minggu terakhir semester. Ulangan dilakukan setiap hari. Semua bekerja keras untuk meraih nilai-nilai terbaik. Terutama Elizabeth, Robert, dan Kathleen. Mereka belajar lebih keras dari anak-anak lain! Elizabeth ingin berada diurutan teratas di kelasnya. Begitu juga Robert. Sedangkan Kathleen ingin mendapat angka tertinggi paling tidak di salah satu mata pelajaran, dan bisa berada pada posisi mendekati urutan teratas. "Alangkah senang bila bisa kukatakan pada ibu bahwa aku mencapai angka tertinggi di salah satu pelajaran." pikir Kathleen. "Dulu aku selalu dekat dengan kedudukan juru kunci, dan Ibu tak pernah marah padaku. Akan merupakan kejutan yang manis baginya bila ternyata aku meraih angka tertinggi di salah satu mata pelajaran!" (hlm. 268)
Ia dekat kedudukan puncak, dan mendapat nilai tertinggi dalam sejarah! Kathleen berpaling ke arah tempat duduk para tamu. Dilihatnya wajah ibunya. Sekali lihat saja Kathleen merasa ibunya sama sama bangganya dengan ibu-ibu lain! (hlm. 273)"Aku tak tahu apa yang dilakukan oleh Whyteleafe pada Kathleen-ku," pikir ibu Kathleen. "Ia tampak berbeda. Tadinya ia begitu biasa wajahnya. Kini tampak cantik bila tersenyum. Dan betapa bahagia dan riangnya ia berkumpul dengan teman-temannya!" (hlm. 274)
Kesimpulan...
Sekali Lagi Si Paling Badung Book Review
irabooklover Desember 10, 2020 Book Review, Children, Enid Blyton, Gramedia Pustaka Utama No comments
Sekali Lagi Si Paling Badung Book Review
[Book Review] Cewek Paling Badung di Sekolah
irabooklover Desember 07, 2020 Book Review, Enid Blyton 2 comments
Bismillahirrahmanirrahim...
My Book Review of Cewek Paling Badung di Sekolah
Kutipan-kutipan favorit...
Tetapi tak cukup bagi seseorang untuk hanya memiliki wajah cantik dan senyum ceria. Untuk menjadi anak yang baik, kau harus memiliki hati. Hati yang baik.
Ia heran juga mengapa Rita berkata sedemikian lembut padanya walaupun ia telah melanggar peraturan. Rita tidak marah, malah tampak penuh pengertian dan bijaksana.
...Pokoknya aku harus selalu bertingkah nakal, dan jadi cewek paling badung di sekolah ini.""Tetapi itu akan membuatmu tidak bahagia," kata Rita. "Dan juga menyebabkan orang lain tidak bahagia."
...,"dan terima kasih karena kau telah sedemikian baik. Kau membuatku sulit jadi anak nakal."
"Memang, minta maaf sesuatu yang paling sulit di dunia," kata Nora. "Tetapi hal kecil ini bisa membuat suatu perubahan besar. Cobalah. Akan terbukti aku benar."
Anak-anak itu tercengang. Mereka tahu bahwa minta maaf sangatlah berat. Apalagi di depan anak banyak. Mau tak mau mereka kagum akan keberanian gadis cilik ini....Semua tersenyum. Semua ramah lagi. Betapa hebatnya kekuatan sebuah permintaan maaf yang sedikit sekali!
Bagaimana dulu aku bisa berpikir bahwa membagi sesuatu dengan anak lain adalah suatu tindakan tolol saja? Sungguh tolol aku waktu itu.
Sesuatu takkan terlalu buruk bila kita hadapi dengan baik.
"Kau boleh saja mengambil keputusan yang tepat---tetapi kalau sesuatu terjadi yang membuktikan bahwa keputusanmu salah, maka kau seorang yang lemah kalau kalau tak berani mengubah keputusan yang salah itu. Hanya orang-orang yang kuat saja yang berani mengubah pendirian karena mereka menyadari bahwa pendirian mereka salah."
"Aku harus bersikap jujur dengan diriku sendiri. Aku pergi bukan karena tidak merasa bahagia di sini. Aku pergi karena malu mengubah pikiranku, malu menyatakan bahwa pendapatku dulu keliru. Aku terlalu angkuh untuk menyatakan bahwa sebetulnya sekolah ini sangat baik bagiku! Aku tidak berani untuk mengakui aku salah, aku terlalu lemah untuk mengubah pikiranku."
The Amber Spyglass Book Review
irabooklover November 28, 2020 Book Review, Fantasy, Gramedia Pustaka Utama, Philip Pullman No comments